Tuesday, September 1, 2020

Masjid Laweyan: Masjid Tertua di Solo dan Sumur yang Tak Pernah Kering

Masjid Laweyan yang terletak di Kampung Belukan, Pajang, Laweyan adalah Masjid Tertua di Kota Solo. Dibangun pada masa Kesultanan Pajang, tepatnya pada tahun 1546 Masehi.

Menurut catatan sejarah, pada zaman itu ada seorang pemeluk Hindu bernama Ki Beluk, beliau tinggal dan membangun pesanggrahan serta pura di tepi Sungai Kabanaran. Sungai ini adalah jalur lalu lintas perdagangan batik. Ki Beluk memiliki hubungan yang baik dengan Ki Ageng Henis, seorang kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Ki Ageng Henis adalah orang yang mengenalkan dan mengajarkan teknik membatik kepada warga Laweyan. Di waktu senggang, Ki Beluk sering berdiskusi mengenai agama Islam dengan Ki Ageng Henis, hingga pada satu waktu, beliau memantapkan diri memeluk Islam. Kemudian, pura dan sanggarnya tersebut diserahkan kepada warga untuk digunakan sebagai masjid. Ki Ageng Henis dimakamkan di sebelah selatan masjid, masih dalam kompleks masjid.


Maka tak heran jika bentuk bangunan masjid ini seperti pura atau kelenteng Jawa. Atapnya bersusun yang terdiri dua bagian. Sebelum dibangun seperti saat ini, bangunan masjid menggunakan batu bata dan kayu. Tata ruang masjid terdiri dari 3 (tiga) bagian, sebagaiamana tata ruang masjid di Jawa. Yakni ruang induk (utama), serambi kanan untuk perempuan dan serambi kiri. 

Di kompleks Masjid Laweyan ini ada sumur yang tidak pernah kering. Konon dalam ceritanya masyarakat setempat, sumur ini adalah bekas injakan kaki Sunan Kalijaga.



Foto dan Video adalah Koleksi Pribadi