Thursday, February 2, 2012

Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno, demikian orang menyebutnya sebagai pembeda dengan Mataram Islam. Adalah sebuah kerajaan yang berdiri di daerah Jawa Tengah pada abad 8 hingga 10 Masehi. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Budha. Mataram Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Mataram Budha (Wangsa Syailendra), menurut penelusuran sejarah, berada di daerah Yogyakarta, Klaten, Purworejo dan Magelang.

Namun meski lokasinya berdekatan bahkan berdampingan, masyarakat kedua kerajaan ini dapat hidup dengan damai dan penuh toleransi selama berabad-abad. Sampai pada suatu saat, ketika Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya) mempersunting Pramodhawardhani (Wangsa Syailendra) dan berusaha menyatukan kedua wangsa tersebut terjadi pergolakan politik kekuasaan.

Pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ditengarai sebagi sebuah strategi dan upaya melanggengkan kekuasaan Wangsa Sanjaya di bhumi Mataram. Banyak pihak pada waktu itu yang tidak suka dengan hal tersebut. Kalangan elit Wangsa Syailendra, diantaranya adalah Bala Putera Dewa (adik Pramodhawardhani) yang merasa tersingkir dan berusaha merebut kembali kekuasaan tersebut, namun tidak berhasil, yang pada akhirnya melarikan diri ke Sumatra dan menikah dengan puteri Sriwijaya kemudian menjadi raja di sana.

Meski penuh kontroversi, namun harus diakui bahwa dimasa pemerintahan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, Kerajaan Mataram mencapai masa keemasanya. Dicirikan dengan banyaknya peninggalan berupa bangunan suci (candi) yang tersebar di daerah Yogyakarta, Klaten maupun Magelang. Dan situasi tersebut tidaklah mengusik ketentraman masyarakat Mataram yang plural pada saat itu.

Rakyat Mataram tidak terlalu terpengaruh dengan konflik elitis tersebut, mereka masih tetap hidup damai dalam sebuah kebudayaan dan peradaban serta keberagamaan yang plural. Inilah sebenarnya jatidiri bangsa Indonesia yang telah dimulai sejak berabad-abad lalu.

Namun hal tersebut pada saat ini seperti dilupakan oleh bangsa ini. Masyarakat bangsa ini telah terseret dalam konflik kepentingan elit, sehingga menjadikan situasi menjadi tidak kondusif. Alangkah indahnya jika situasi Mataram kala itu terwujud pada masa sekarang ini.