Komplek pemakaman Dana Traha adalah salah satu kawasan pemakaman raja-raja Kesultanan Bima dan keturunannya. Lokasinya berada di puncak bukit yang menghadap ke Teluk Bima. Letaknya tepatnya di Kampung Dara, Keluarahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Komplek pemakaman kesultanan Bima yang lain antara lain adalah di Komplek Tolobali; komplek Sebelah barat Masjid Agung Sultan Muhammad Salahudin; Komplek Bata di Pane.
Dana Traha secara harfiah bermakna tempat istirahat. Di sinilah kompleks peristirahatan keluarga Kesultanan Bima. Meskipun ini kompleks pemakaman namun jauh dari kesan angker. Dari tempat ini dapat melihat pemandangan Kota Bima dan Teluk Bima dari ketinggian. Dan di masa lalu, pada sekitar abad X Masehi, tempat ini juga difungsikan sebagai tempat bermusyawarah para pemimpin Bima dalam melahirkan kerajaan Bima.
Sultan Abdul Kahir, adalah salah yang dimakamkan di sini. Sultan Abdul Kahir adalah Sultan Bima I dan merupakan pembawa agama Islam masuk ke tanah Bima. Beliau wafat pada 1640 Masehi. Dalam catatan sejarah yang berhasil didapatkan dari berbagai sumber, Sang Sultan ini pernah bersengketa dengan pamannya dan akhirnya meninggalkan istana. Kemudian beliau menikahi seorang puteri Makassar, bernama Karaeng Kasuruang yang melahirkan Sultan Abdul Kahir Sirajudin. Sultan Abdul Kahir Sirajudin juga dimakamkan di tempat ini.
Di komplek Daha Traha ini ada sebuha makan yang tertutup tembok tebal seperti terowongan pendek. Ini adalah makam Perdana Menteri Abdul Samad Ompu Lamani yang wafat pada 1701 M. Pada saat ditanyakan kepada penjaga, mengapa dibentuk sedemikian rupa, penjaga tidak mengetahui secara pasti mengapa makam Perdana Menteri ini dibuat seperti itu.
Di Daha Traha ini tidak nampak makam Sultan Muhammad Salahudin, Sultan Bima terakhir sebelum Kesultanan Bima bergabung dengan Indonesia. Sultan Muhammad Salahudin adalah Sultan Bima yang paling terkenal ini juga salah satu tokoh yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Maklumatnya yang terkenal dengan Maklumat 22 November 1945. Beliau meninggal pada usia 64 tahun pada 11 Juni 1951 (Kamis, 7 Syawal 1370 Hijriah). Dan dimakamkan di Jakarta.
Sultan Bima yang dimakamkan di sini adalah Sultan Abdul Kahir II yang wafat pada 2001 lalu. Makam paling ujung dan paling baru dengan ditutup sangkar kayu berukir. Sultan Abdul Kahir II adalah generasi ke empat abad penerus Kesultanan Bima setelah generasi pertama Kesultanan Bima ini didirikan.
Dari berbagai Sumber
Foto adalah Koleksi Pribadi
Dari berbagai Sumber
Foto adalah Koleksi Pribadi