Di
puncak Gunung Pring terdapat sebuah kompleks makam milik Kraton Yogyakarta.
Di sini dimakamkan salah seorang wali tanah Jawa, yakni Kyai Raden Santri
(Pangeran Singosari Mataram), salah seorang putra Ki Ageng Pemanahan, dan juga
merupakan keturunan Prabu Brawijaya V. Di dalam kompleks makam tersebut
terdapat sebuah Mushala yang diberi nama Mushala Pangeran Singasari.
Untuk
mencapai kompleks pemakaman tersebut para pengunjung harus berjalan kurang
lebih sekitar 1 km dengan melalui anak tangga yang sudah ada. Sepanjang
perjalanan banyak bertebaran kios-kios yang menjual pakaian maupun makanan
serta buah-buahan. Dari atas gunung Pring kita dapat memandang Pegunungan
Menoreh yang gagah menjulang.
Selain
itu, di kawasan desa Gunung Pring terdapat sebuah Pondok Pesantren salaf yang
sudah sangat tua, yakni Pesantren Watu Congol yang didirikan oleh Kyai Nahrowi
Dalhar. Mbah Dalhar begitu panggilan akrabnya adalah mursyid tarekat Syadziliyah dan
dikenal sebagai seorang yang wara’ dan menjadi teladan masyarakat.
Kiai Haji Dalhar , Watucongol, Magelang dikenal sebagai salah satu guru para
ulama. Kharisma dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat Islam untuk
menimba ilmu. Mbah Dalhar , begitu panggilan akrabnya adalah sosok yang
disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah. Salah satu
mursyid tarekat Syadziliyah ini dikenal juga menelorkan banyak ulama yang
mumpuni.
Mbah Dalhar dilahirkan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Sawal 1798 – Je (12
Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam
lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman
bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kyai Abdurrauf. Kekeknya
mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.
Adapun nasab Kyai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat
III. Oleh karenanya sebagai keturunan raja, Kyai Hasan Tuqo juga mempunyai nama
lain dengan sebutan Raden Bagus Kemuning.