Showing posts with label Bima. Show all posts
Showing posts with label Bima. Show all posts

Friday, November 15, 2019

Uma Leme, Rumah Adat Suku Mbojo, Bima


Uma Leme, atau Rumah Runcing adalah rumah adat Suku Mbojo, Bima. Disebut Uma Leme karena atapnya berbentuk runcing mirip dengan puncak gunung yang berbentuk limas. Biasanya dulu di sisi rumah tersimpan alat-alat persembahan dan kesenian. 

Keunikan Uma Leme adalah atap dan dinding rumah menjadi satu kesatuan. Atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding rumah. Dibuat dari alang-alang yang dirajut tebal, sehingga tidak akan berasa dingin dan panas ketika berada di dalamnya. Bagian rumah sebagai tempat tidur, ukurannya 2x2 meter. Rumah juga juga sebagai tempat memasak, menyimpan padi dan segala jenis bahan makanan seperti palawija dan padi. Bagian bawah digunakan sebagai tempat musyarawah dan upacara adat serta upacara ketika ada keluaga yang meninggal.

Keunikan lain adalah pintu rumah di bagian yang tersembunyi, yakni di pojok atau sudut ruang atas. Tangga untuk naik ke rumah tidak selalu terpasang. Dalam kebiasaan masyarakat Donggo ada tanda yang hanya diketahui oleh keluarga saja dimana tangga ini disimpan. Ini demi keamanan dan juga tanda bahwa pemilik rumah sedang pergi atau berada di rumah. Jenazah keluarga yang meninggal akan diturunkan melalui atap rumah dan ada batu sebagai tempat tinggal roh leluhur yang akan dilakukan upacara pemujaan pada waktu tertentu yang disebut Toho Dore.



Saat ini sudah tidak banyak rumah ini. Salah satu daerah yang masih terdapat Uma Leme ini di Desa Mbaja, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima.







Di Desa Mbaja ini para warga desanya beragama Islam, Katolik dan Kristen. Mereka berdampingan hidup rukun dalam satu komunitas. Jika ada masalah keagamaan, maka di Uma Leme inilah dilakukan musyawarah untuk membahas hal tersebut.




Wednesday, November 13, 2019

Sanolo, Sentra Garam di Bima

Apabila kita menuju Bima, Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan pesawat, pada saat akan mendarat, kita akan melihat hamparan tambak garam yang luas sepanjang mata memadang. Itulah tambak garam milik warga di kawasan Sanolo.

Sanolo adalah sebuah Desa di Kabupaten Bima. Lokasinya secara administratif berada di Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Desa Sanolo adalah sentra garam di Kabupaten Bima. Mayoritas warga desa ini adalah petani garam. Garam adalah andalan penghasilan bagi warga desa ini.

Pada saat musim kemarau seperti ini, hamparan tambak garam sungguh indah disaksikan, baik dari udara maupun saat kita mendatangi lokasi ini. Saya berkesempatan mendatangi lokasi ini pada tanggal 10 November 2019 lalu. 



Hamparan tambak sungguh memanjakan mata. Angin kencang di tambak tidak membuat terasa panas, walaupun matahari masih bersinar terik pada saat menjelang sore. Pukul setengah 5 sore. Berikut ini sedikit yang berhasil direkam kamera handphone saya.


Petani sedang melakukan Panen Garam












Foto dan Video adalah koleksi pribadi







Tuesday, December 18, 2018

Dana Traha: Komplek Pemakaman Kesultanan Bima

Komplek pemakaman Dana Traha adalah salah satu kawasan pemakaman raja-raja Kesultanan Bima dan keturunannya. Lokasinya berada di puncak bukit yang menghadap ke Teluk Bima. Letaknya tepatnya di Kampung Dara, Keluarahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Komplek pemakaman kesultanan Bima yang lain antara lain adalah di Komplek Tolobali; komplek Sebelah barat Masjid Agung Sultan Muhammad Salahudin; Komplek Bata di Pane.

Dana Traha secara harfiah bermakna tempat istirahat. Di sinilah kompleks peristirahatan keluarga Kesultanan Bima. Meskipun ini kompleks pemakaman namun jauh dari kesan angker. Dari tempat ini dapat melihat pemandangan Kota Bima dan Teluk Bima dari ketinggian. Dan di masa lalu, pada sekitar abad X Masehi, tempat ini juga difungsikan sebagai tempat bermusyawarah para pemimpin Bima dalam melahirkan kerajaan Bima.

Sultan Abdul Kahir, adalah salah yang dimakamkan di sini. Sultan Abdul Kahir adalah Sultan Bima I dan merupakan pembawa agama Islam masuk ke tanah Bima. Beliau wafat pada 1640 Masehi. Dalam catatan sejarah yang berhasil didapatkan dari berbagai sumber, Sang Sultan ini pernah bersengketa dengan pamannya dan akhirnya meninggalkan istana. Kemudian beliau menikahi seorang puteri Makassar, bernama Karaeng Kasuruang yang melahirkan Sultan Abdul Kahir Sirajudin. Sultan Abdul Kahir Sirajudin juga dimakamkan di tempat ini.

Di komplek Daha Traha ini ada sebuha makan yang tertutup tembok tebal seperti terowongan pendek. Ini adalah makam Perdana Menteri Abdul Samad Ompu Lamani yang wafat pada 1701 M. Pada saat ditanyakan kepada penjaga, mengapa dibentuk sedemikian rupa, penjaga tidak mengetahui secara pasti mengapa makam Perdana Menteri ini dibuat seperti itu.


Di Daha Traha ini tidak nampak makam Sultan Muhammad Salahudin, Sultan Bima terakhir sebelum Kesultanan Bima bergabung dengan Indonesia. Sultan Muhammad Salahudin adalah Sultan Bima yang paling terkenal ini juga salah satu tokoh yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Maklumatnya yang terkenal dengan Maklumat 22 November 1945. Beliau meninggal pada usia 64 tahun pada 11 Juni 1951 (Kamis, 7 Syawal 1370 Hijriah). Dan dimakamkan di Jakarta.

Sultan Bima yang dimakamkan di sini adalah Sultan Abdul Kahir II yang wafat pada 2001 lalu. Makam paling ujung dan paling baru dengan ditutup sangkar kayu berukir. Sultan Abdul Kahir II adalah generasi ke empat abad penerus Kesultanan Bima setelah generasi pertama Kesultanan Bima ini didirikan.

Dari berbagai Sumber
Foto adalah Koleksi Pribadi