Showing posts with label Ekonomi. Show all posts
Showing posts with label Ekonomi. Show all posts

Wednesday, December 25, 2019

Pasar Pusat Medan

Pasar Pusat, Kota Medan adalah salah satu pasar tradisional yang berada di kota Medan. Tepatnya di Kelurahan Pusat Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan.

Dikenal juga dengan nama Pajak Sentral atau Tua Pa Sat, pembangunannya dimulai sejak 1931, tepatnya pada 2 April 1931. Usulan untuk mendirikan pasar besar telah dilakukan sejak 1929. Pembangunan pasar ini selesai pada 21 Desember 1932. Dan dibuka pertama kalinya pada 1 Maret 1933. 

Gedung Pasar Pusat Pasar yang saat ini terhubung dengan gedung Medan Mall ini pada awal mulanya tidak banyak ditempati pedangang karena keadaan ekonomi yang kurang baik serta alasan memindahkan kios dari tempat asal dianggap merepotkan. Guna mengatasi hal ini, pada tahun 1942 ongkos sewa kios diturunkan dan pembayarannya disesuaikan dengan kesanggupan penyewa. Pasar ini pernah mengalami kebakaran pada 1971 yang menghabiskan dua dari empat bangunan pasar. Kemudian pada 1978, dua bangunan yang tersisa juga terbakar. Pada pertengahan 1990 bangunan dibangun Medan Mall dan keduanya dihubungkan. Posisi pasar tradisional berada di belakang mall.

Penghubung dari Medan Mall ke Pasar Pusat Pasar



Pasar yang dikenal sebagai pusat grosir beraneka kebutuhan ini buka dari jam 07.00 hingga 17.00 tiap harinya. Di sini, juga terkenal dengan los-los ikan asin, macam-macam ikan asin dijual di sini, ada teri, sotong maupun ikan pari dan sebagainya. Juga ada penjual Ulos serta berbagai macam kuliner yang dapat dijumpai di tengah-tengah pasar, diantaranya sate padang, opor ayam, lontong dan nasi sayur.








Di depannya banyak berjajar bentor (becak bermotor) dan juga ada ruko-ruko bangunan tua. Ada beberapa bangunan kosong yang digunakan untuk rumah walet.

Deretan Ruko Tua depan Pasar Pusat Medan

Deretan bentor mangkal di depan pasar

Telepon Umum yang masih ada di tengah-tangah Pasar Pusat Medan

Catatan: Foto adalah koleksi pribadi, diambil pada 21 Desember 2019



Wednesday, November 13, 2019

Sanolo, Sentra Garam di Bima

Apabila kita menuju Bima, Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan pesawat, pada saat akan mendarat, kita akan melihat hamparan tambak garam yang luas sepanjang mata memadang. Itulah tambak garam milik warga di kawasan Sanolo.

Sanolo adalah sebuah Desa di Kabupaten Bima. Lokasinya secara administratif berada di Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Desa Sanolo adalah sentra garam di Kabupaten Bima. Mayoritas warga desa ini adalah petani garam. Garam adalah andalan penghasilan bagi warga desa ini.

Pada saat musim kemarau seperti ini, hamparan tambak garam sungguh indah disaksikan, baik dari udara maupun saat kita mendatangi lokasi ini. Saya berkesempatan mendatangi lokasi ini pada tanggal 10 November 2019 lalu. 



Hamparan tambak sungguh memanjakan mata. Angin kencang di tambak tidak membuat terasa panas, walaupun matahari masih bersinar terik pada saat menjelang sore. Pukul setengah 5 sore. Berikut ini sedikit yang berhasil direkam kamera handphone saya.


Petani sedang melakukan Panen Garam












Foto dan Video adalah koleksi pribadi







Sunday, September 30, 2018

Pasar Kota Bojonegoro

Pasar Kota Bojonegoro adalah salah satu pasar tradisional yang ada di Bojonegoro. Pasar kota Bojonegoro terletak di pusat kota, di dekat alun-alun. Tepatnya di Jalan Trunojoyo, Ledok Kulon, Kadipaten, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro.

Seperti halnya pasar tradisional lain, di sini banyak pedagang yang menggelar dagangan beraneka jenis dagangan. Berikut ini video blusukan ke pasar kota Bojonegoro.


catatan: Video adalah koleksi pribadi

Thursday, May 25, 2017

Sungai Kapuas, Kapuas Hulu, Kalbar

Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia, dengan panjang lebih dari seribu kilometer, tepatnya adalah 1.143 Km dan lebarnya mencapai 600 meter. Nama Sungai Kapuas, diambil dari nama daerah Kapuas. Aliran sungai Kapuas melawati Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak. Sungai ini tidak pernah kering sepanjang tahun.

Terlepas dari berbagai misteri dan mistis yang ada, Sungai Kapuas adalah urat nadi kehidupan masyarakat lokal (Suku Dayak dan Melayu) yang ada di sepanjang aliran sungai. Sebagai sarana transportasi yang murah, jalur sungai ini dapat menghubungkan daerah-daerah di wilayah Kalimantan Barat mulai dari psesisir sampai dengan pedalaman di hulu sungai ini. 

Sungai Kapuas juga menjadi sumber penghidupan untuk menambah penghasilan keluarga yang tinggal di sepanjang sungai ini. Masih banyak ikan yang dapat ditemukan di aliran sungai ini, salah satunya adalah ikan Toman. 

Masakan ikan Toman

Ikan Toman adalah ikan buas dengan kepala besar dan mulut besar serta bergigi runcing tajam, tubuhnya bulat panjang seperti torpedo dengan ekor membulat. Warnanya hitam kebiruam dan bagian perut agak putih, panjang ikan Toman dewasa dapat mencapai 1,5 meter.

Kapal Bandung yang biasa digunakan untuk mengangkut barang dan untuk berdagang

salah satu Dermaga di aliran Sungai Kapuas, di Desa Penepian Raya

Kantor Desa Bunut Hilir, salah satu desa di sepanjang aliran Sungai Kapuas


Pemandangan menyusuri Sungai Kapuas sangat indah., Subhanallah... Keindahan alam Kalimantan terpampang dan dapat dinikmati saat kita melakukan penyusuran hingga masuk ke anak-anak sungai. Di beberapa titik, airnya sangat jernih bagaikan cermin. Silakan disaksikan di dalam video berikut ini.



Catatan: Foto dan Video adalah koleksi pribadi, diambil dengan iPhone 6.

Tuesday, April 26, 2011

Sub Terminal Agribisnis

Indonesia adalah negara agraris. Setidaknya ada 51% atau sekitar 26 juta KK adalah petani, demikian data Deptan menyebutkan. Sektor pertanian adalah sektor penyumbang PDRB terbesar ketiga di Indonesia, setelah sektor industri pengolahan dan sektor jasa hotel-restoran. Sektor ini merupakan penopang dan penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Magelang yakni mencapai 30,82% pada tahun 2007.
Meski demikian, keadaan ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Sebagian besar petani kita adalah petani gurem yang mendiami kawasan pedesaan dataran rendah dan tinggi. Permasalahan utamanya adalah terkendala pada proses pemasaran.

Pemasaran hasil sebagai faktor penentu keberhasilan sebuah usaha masih menjadi kendala utama bagi petani kita. Posisi petani dalam rantai tata niaga (pemasaran) sangat lemah.
Beberapa sebab yang menjadikan lemahnya posisi petani dalam rantai tata niaga adalah pertama, market share (pangsa pasar) petani relatif terbatas, sehingga petani hanya akan bertindak sebagai penerima harga, bukan penentu harga. Kedua, komoditas yang dihasilkan umumnya cepat rusak, sehingga mengharuskan untuk menjualnya secepat mungkin. Ketiga, lokasi produksi yang relatif terpencil sehingga kesulitan akses transportasi pengangkutan hasil produksi.

Faktor keempat adalah kurangnya informasi harga, kualitas dan kuantitas yang diinginkan oleh konsumen, sehingga membuat petani dengan mudah diperdaya oleh lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan petani. Kelima, kebijakan pemerintah masih jauh dari menguntungkan petani. Kebijakan-kebijakan yang ada lebih menguntungkan mereka-mereka yang terlibat dalam rantai tata niaga ketimbang petani. Dan faktor kelima inilah yang selalu dipandang menjadi biang keladi miskinnya kaum tani.

Melihat hal demikian itu, banyak kalangan yang terus mendesak pemerintah agar membuat kebijakan yang dapat menguntungkan petani. Dan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pendekatan kebijakan berupa kelembagaan pasar lelang mulai digunakan sebagai sebuah upaya pengembangan produsen (petani), yakni dengan Sub Terminal Agribisnis (STA). Pemasaran yang terjadi di STA diharapkan lebih efisien dibandingkan dengan pemasaran di pasar-pasar biasa. Kegiatan jual beli yang berlangsung di STA terjadi antara penjual produk hortikultura sayuran dataran tinggi dalam hal ini produsen (petani) atau pedagang pengumpul dengan pembeli baik pedagang besar maupun konsumen dengan cara negosiasi (tawar menawar)dengan patokan harga dari petani, sehingga diharapkan petani tidak dirugikan.

Pola pendekatan kebijakan ini memang cukup signifikan bagi pengembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan petani. Kebutuhan pasar bagi produk-produk pertanian (holtikultura) akan tertampung dan terpasarkan. Lokasi STA yang relatif strategis dan dapat dijangkau dengan mudah bagi penjual (petani) dan pembeli. Dengan sistem pengelolaan yang sederhana dan tanpa campur tangan pihak luar, menjadikan mata rantai birokrasi menjadi efisien.

Selain itu, dengan model STA ini petani selaku penjual dapat membuat margin (patokan) harga terhadap produk mereka. Sehingga, kesejahteraan petani akan lebih meningkat.
Tulisan ini merupakan cuplikan dari tulisan saya di HU Suara Merdeka, 23 April 2009, pada kolom Wacana Lokal