Showing posts with label Kapuas Hulu. Show all posts
Showing posts with label Kapuas Hulu. Show all posts

Sunday, April 21, 2019

Rumah Betang di Sungai Utik, Kapuas Hulu

Sungai Utik adalah salah satu dusun di Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Di kawasan ini terdapat sebuah rumah betang yang dibangun sekitar tahun 1930an, dan telah mengalami renovasi pada 1970. 

Rumah Betang Sungai Utik, Kapuas Hulu ini didirikan oleh Suku Dayak Iban. Dayak Iban adalah bagian dari suku Ibanik grup yang tersebar di Serawak, Malaysia. Mereka datang ke Kapuas Hulu yang mayoritas dihuni oleh subsuku Dayak Tamambaloh. Kedua suku ini membuat perjanjian damai dan hidup rukun. Menurut beberapa sumber, bahwa oleh para tokoh adat Tamambaloh, masyarakat Iban diberikan tanah di beberapa hulu anak sungai untuk ditempati, dijaga dan dirawat. 

Banyak yang bertanya, mengapa masyarakat Dayak (hampir) selalu tinggal di rumah betang dulunya.

Dalam beberapa catatan dan sumber disebut bahwa rumah betang ini adalah bentuk konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial dan sistem kemasyarakatan. Mereka yang tinggal di rumah betang adalah mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dalam marga atau suku. Sistem nilai budaya yang dibangun dalam kehidupan rumah batang itu menyangkut soal makna kehidupan, pekerjaan, karya dan amal perbuatan bahkan juga hubungan manusia dengan alam dan relasi dengan sesama.

Hal ini sama dan masih berlaku di rumah betang Sungai Utik ini. Rumah Betang Sungai Utik ini terdapat 28 Bilik yang dihuni oleh masing-masing keluarga. Dalam satu bilik dapat terdiri dari beberapa keluarga.

Rumah betang Sungai Utik dikelilingi oleh hutan adat yang masih terjaga yang luasnya lebih dari 9.000 hektar. Masyarakat di sini mengandalkan air yang mengalir di Sungai Utik untuk penghidupan mereka. Maka dari itu mereka sangat berkepentingan menjaga kelestarian hutan, karena tanpa hutan maka sungai akan hilang airnya. Hutan adalah supermarket kehidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sumber ketahanan pangan.

Masyarakat Iban di Sungai Utik menetapkan pembatasan penebangan kayu dan hanya diperuntukan untuk membangun rumah. Satu kepala keluarga hanya diizinkan menebang maksimal 30 batang kayu dalam satu tahun. Sanksi adat akan dikenakan bagi siapa saja yang melanggar, termasuk mengusik satwa juga akan dikenakan sanksi adat.

Rumah Betang Sungai Utik hingga sekarang masih dihuni dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya dengan SK Bupati Kapuas Hulu Nomor 212/2012. Rumah Betang Sungai Utik adalah merupakan salah satu contoh kebudayaan hutan hujan tropis yang tersisa.

Untuk mendatangi lokasi ini, bagi yang berasal dari luar Kalimantan Barat, dapat melakukan penerbangan dari Pontianak ke Putussibau. Dari Putussibau dilanjutkan dengan moda transportasi darat sejauh 75 Km ke arah utara. 

Disarikan dari berbagai sumber
Foto adalah koleksi pribadi

Friday, December 1, 2017

Rumah Betang Desa Benua Tengah Kapuas Hulu

Rumah Betang atau rumah panjang atau dalam bahasa Dayak Sub Suku Dayak Tamambaloh Apalin disebut dengan Sao Langke. Suku Dayak Sub Suku Tamambaloh Apalin adalah Sub Suku Dayak yang bermukim di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Merupakan bagian rumpun Banuaka. Wilayah adatnya meliputi sepanjang aliran sungai dan anak sungai Labian Batang Lupar di sepanjang perairan sungai Embaloh (Kecamatan Embaloh Hulu) dan disepanjang aliran sungai dan anak sungai Palin (Kecmatan Embaloh Hilir). Sub Suku Dayak ini memang kurang dikenal karena keberadaan mereka yang tinggal di ujung utara Kapuas Hulu. Orang lebih mengenal Suku Dayak yang berada di bagian utara Kapuas Hulu adalah Dayak Iban, padahal Sub Suku Dayak ini sejarahnya adalah pendatang dari Serawak, Malaysia.

Sampai saat ini masyarakat Tamambaloh dipimpin oleh seorang Tamanggung, yang dipilih dari kalangan samagat (bangsawan dalam bahasa Dayak Tamambaloh). Masa jabatannya tidak ditentukan, selama yang bersangkutan masih mampu dan tidak mengundurkan diri.

salah satu tiang penyangga rumah betang 
Salah satu ciri khas masyarakat Dayak adalah agraris dan rumah betang. Namun seiring perkembangan zaman kini mulai memudar. Banyak rumah betang yang telah hilang atau ditinggalkan. Kini hanya tinggal beberapa yang masih tersisa dan digunakan. Dan sentuhan modern juga telah ditemukan, seperti keberadaan listrik, alat elektronik atau perubahan bentuk maupun material yang digunakan. 

Salah satu rumah betang yang masih tersisa adalah Rumah Betang di Dusun Benua Tengah Hilir, Desa Benua Tengah, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu. Rumah betang ini merupakan rumah betang tertua yang ada di Kapuas Hulu, bahkan Kalimantan Barat. Rumah betang ini diperkirakan dibangun pada tahun 1864 oleh Bakik Layo. Rumah Betang yang disebut Sao Langke Dai Bolong Pambean ini telah mengalami beberapa kali renovasi (pada tahun 1940 dan 2005) dan telah ditetapkan menjadi cagar budaya pada tahun 2009.

Pada awal dibangun, rumah betang ini tingginya mencapai 9 meter. Namun kini tinggal 4 meter karena banyak kayu yang lapuk dan susah mencari pengganti kayu yang panjangnya hingga 9 meter maka ketinggiannya diturunkan. Atapnya pun sudah tidak menggunakan sirap atau rumbia namun telah berubah menjadi atap seng. Sentuhan modern telah hadir dengan keberadaan jaringan listrik dengan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) pada tiap-tiap bilik dan keberadaan televisi yang digunakan secara bersama-sama.

Bilik di dalam Rumah Betang Dai Bolong Pambean
tangga untuk akses naik ke rumah betang
salah satu panel PLTS di depan rumah betang
rumah betang Dai Bolong Pambean

Lokasi rumah betang (Sao Langke) Dai Bolong Pambean sekitar 50 Km dari Putussibau ke arah utara. Menuju lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua. Jalan menuju desa Benua Tengah telah beraspal dan berada di Jalan Poros Putussibau - Badau yang menuju perbatasan Indonesia - Malaysia. Dari jalan poros menuju lokasi rumah betang sekitar 5 Km melalui jalan tanah dan sebagian telah ada pengerasan.

Perjalanan dan rumah betang (Sao Langke) Dai Bolong Pambean dapat juga disaksikan dalam video berikut ini.



Catatan: foto dan video adalah koleksi pribadi. diambil dengan iPhone 6

Wednesday, November 29, 2017

Penerbangan Pontianak ke Putussibau

Guna menuju ke Kapuas Hulu, selain dengan jalur darat dan sungai, dapat juga melalui jalur udara. Ada penerbangan dari Pontianak menuju Bandara Pangsuma, Putussibau, Kapuas Hulu. Penerbangan dari Pontianak ke Putussibau ditempuh selama 1 jam 5 menit dengan menggunakan pesawat jenis ATR.

Ketika kita melakukan perjalanan melalui udara dari Pontianak ke Putussibau kita dapat menikmati pemandangan yang SUBHANALLAH... Indahnya... Gumpalan awan berjajar dan juga sungai Kapuas yang meliak-liuk akan sangat indah dilihat dari udara karena pesawat terbang tidak terlalu tinggi. Sehingga kita dapat melihat daratan dengan cukup jelas.

Keindahan itu dapat disaksikan dalam video berikut ini.



Catatan: foto dan video adalah koleksi pribadi. diambil dengan iPhone 6

Thursday, May 25, 2017

Sungai Kapuas, Kapuas Hulu, Kalbar

Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia, dengan panjang lebih dari seribu kilometer, tepatnya adalah 1.143 Km dan lebarnya mencapai 600 meter. Nama Sungai Kapuas, diambil dari nama daerah Kapuas. Aliran sungai Kapuas melawati Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak. Sungai ini tidak pernah kering sepanjang tahun.

Terlepas dari berbagai misteri dan mistis yang ada, Sungai Kapuas adalah urat nadi kehidupan masyarakat lokal (Suku Dayak dan Melayu) yang ada di sepanjang aliran sungai. Sebagai sarana transportasi yang murah, jalur sungai ini dapat menghubungkan daerah-daerah di wilayah Kalimantan Barat mulai dari psesisir sampai dengan pedalaman di hulu sungai ini. 

Sungai Kapuas juga menjadi sumber penghidupan untuk menambah penghasilan keluarga yang tinggal di sepanjang sungai ini. Masih banyak ikan yang dapat ditemukan di aliran sungai ini, salah satunya adalah ikan Toman. 

Masakan ikan Toman

Ikan Toman adalah ikan buas dengan kepala besar dan mulut besar serta bergigi runcing tajam, tubuhnya bulat panjang seperti torpedo dengan ekor membulat. Warnanya hitam kebiruam dan bagian perut agak putih, panjang ikan Toman dewasa dapat mencapai 1,5 meter.

Kapal Bandung yang biasa digunakan untuk mengangkut barang dan untuk berdagang

salah satu Dermaga di aliran Sungai Kapuas, di Desa Penepian Raya

Kantor Desa Bunut Hilir, salah satu desa di sepanjang aliran Sungai Kapuas


Pemandangan menyusuri Sungai Kapuas sangat indah., Subhanallah... Keindahan alam Kalimantan terpampang dan dapat dinikmati saat kita melakukan penyusuran hingga masuk ke anak-anak sungai. Di beberapa titik, airnya sangat jernih bagaikan cermin. Silakan disaksikan di dalam video berikut ini.



Catatan: Foto dan Video adalah koleksi pribadi, diambil dengan iPhone 6.