Showing posts with label Refleksi. Show all posts
Showing posts with label Refleksi. Show all posts

Wednesday, January 9, 2019

Salah Kaprah Penyebutan Gallon Air Minum Dalam Kemasan

Pasti kita tidak asing dengan kalimat ini, "Mas, pesan aqua gallon satu ya... anterin ke rumah ya..".
Kalimat ini tidak asing bagi kita dan sangat sering kita dengar dalam pergaulan sehari-hari kita.

Dalam keseharian kita selama ini selalu menyebut kata Gallon untuk merujuk pada ukuran tertentu bagi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Padahal penyebutan ini adalah salah kaprah. Kok bisa? Mengapa kok salah kaprah?

Gallon itu adalah satuan ukuran. Sama halnya dengan barrel, feet, oz, mile, pounds, yard, Fahrenheit. Satuan ukuran-ukuran tersebut sangat lumrah (biasa) digunakan di Inggris dan Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, satuan yang biasa digunakan adalah satuan ukuran liter, meter, kilogram, kilometer atau pun celcius.

Konversi ukuran 1 Gallon (USA) adalah 3,78541 Liter dan 1 Gallon (UK) itu sama dengan 4,54 Liter. Lalu apakah 1 gallon AMDK yang kita selalu sebut-sebut itu 4 Liter? Jawabanya, Tidak.
Lalu, sebenarnya berapa volume AMDK yang kita sebut "gallon" tersebut? Jawabanya adalah 19 Liter atau sekitar 5 Gallon (USA) atau 4 Gallon (UK).

Namun karena sudah menjadi kaprah, maka kesalahan penyebutan tersebut menjadi kesalahan yang lumrah dan seolah menjadi satuan ukuran volume baru di Indonesia, khususnya untuk menyebut ukuran AMDK yang banyak dijual di Indonesia. Entah dari mana dan siapa yang memulai maka kata "gallon" ini menjadi kaprah dan akrab di telinga kita dalam keseharian.



Monday, June 25, 2018

Makna Ketupat dalam Perayaan Hari Raya Idul Fitri

Dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri di Nusantara atau seringkali disebut Lebaran, selalu identik dengan keberadaan ketupat. Ketupat adalah dikenal sebagai makanan berbahan baku beras yang dimasak dengan dibungkus anyaman daun kelapa yang masih muda (Jawa: Janur).

Menurut H.J. de Graaf (sejarawan Belanda yang menulis tentang sejarah Jawa), dalam Malay Annal menyebut bahwa ketupat adalah simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Demak pada abad XV. De Graaf menduga kulit (slongsong) ketupat dibuat dari janur yang berfungsi sebagai identitas budaya pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Warna kuning janur dimaknai oleh De Graaf sebagai upaya masyarakat Jawa untuk membedakan dengan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur (diolah dari historia.id).

Adalah Raden Mas Said atau yang dikenal dengan Sunan Kalijaga yang memasukan dan memperkenalkan 2 (dua) momen perayaan dalam Idul Fitri, yang disebut dengan Bakda (baca: bakdo seperti kata Solok) Idul Fitri dan Bakda Kupat atau Kupatan. Bakda Kupat dilakukan 7 hari setelah Idul Fitri atau tepatnya adalah setelah selesai melaksanakan Puasa Sunah Syawal 6 hari atau pada tanggal 8 Syawal.



Perayaan Bakda Kupat sendiri dalam banyak catatan dan referensi sebenarnya adalah sebagai upaya Kanjeng Sunan Kalijaga dalam memaknai budaya yang telah ada yakni Pemujaan terhadap Dewi Sri yang merupakan dewi tertinggi dan paling dipuja masyarakat agraris terutama di tanah Jawa sejak zaman Majapahit dan Pajajaran. Dimana dalam rangka desakralisasi dan demitologi, maka Dewi Sri tidak lagi dipuja namun diletakkan dan dimaknai dengan perlambang dalam bentuk momen perayaan Bakda Kupat sebagai ucapan syukur kepada ALLAH SWT. Bersyukur telah menyelesaikan puasa Ramadhan dan bersyukur telah menuntaskan Puasa Syawal 6 Hari serta ungkapan syukur atas nikmat kesuburan dan limpahan rezeki-Nya.

Dalam filosofi masyarakat Jawa, sebagaimana dikutip dari Kamus Pepak Basa Jawa karya Slamet Mulyono ketupat berasal dari kata KUPAT. Sebagaimana kebiasaan masyarakat Jawa dalam filosofisnya maka kupat adalah parafrase dari Ngaku Lepat (Indonesia: mengaku salah) dan Laku Papat (Indonesia: empat tindakan).

Laku Papat atau Empat Tindakan pada saat perayaan Idul Fitri adalah (1) Lebaran; (2) Leburan; (3) Luberan dan (4) Laburan.

Lebaran. Berasal dari Bahasa Jawa, Lebar yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah telah selesai. Lebaran dimaknai adalah telah selesainya pelaksanaan Puasa Ramadhan sebulan penuh.

Leburan. Berasal dari Bahasa Jawa, Lebur yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah habis; hilang. Leburan dimaknai setelah Puasa Ramadhan menyucikan diri maka dosa manusia telah lebur dan pada Idul Fitri, manusia kembali ke kesucian lagi. Dosa dengan manusia dilebur dengan permohonan maaf yang di dalam masyarakat Jawa dilakukan dengan Sungkeman sebagai perwujudan dalam Ngaku Lepat kepada sesama manusia.

Luberan. Berasal dari Bahasa Jawa, Luber yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah melimpah; tumpah. Bagi yang rezekinya luber atau melimpah maka harus ditumpahkan kepada yang membutuhkan. Itulah pada menjelang perayaan Idul Fitri, pada akhir bulan Ramadhan diwajibkan Zakat Fithrah.

Laburan. Berasal dari Bahasa Jawa, Labur yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah kapur. Kapur itu warnanya putih dan bisa digunakan menjernihkan air. Maknanya adalah setelah selesai Puasa Ramadhan maka hati manusia harus putih dan kembali jernih serta selalu menjaga kesuciannya itu lahir dan batin.

Salah satu implementasi dari Laku Papat ini adalah pada saat Idul Fitri manusia itu Ngaku Lepat. Pelaksanaan dari Ngaku Lepat adalah SungkemanSungkeman memberikan makna dan pelajaran untuk menghormati orang tua, bersikap rendah hati dan mengakui salah serta meminta maaf dari orang lain khususnya orang tua.

Kulit ketupat atau dalam bahasa Jawa sering disebut dengan slongsong dibuat dari Janur. Janur adalah daun kelapa yang masih muda dan berwarna kuning. Dalam filosofi masyarakat Jawa, Janur dimaknai sebagai Jatining Nur atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Hati Nurani. Ada yang menyebut, Janur berasal dari Bahasa Arab, Ja'an Nur yang diartikan telah datang cahaya.

Bentuk ketupat itu persegi empat dimaknai sebagai kiblat papat,  dan masih ada janur yang disisakan pada ujungnya, dimaknai kalima pancer. Maka dikenal dalam filosofi masyarakat adalah Kiblat Papat Kalima Pancer.

Kiblat papat adalah penjuru mata angin utama; utara, timur, barat dan selatan. Kalima pancer dimaknai sebagai pusat. Jadi ini dimaknai sebagai bahwa apapun yang dilakukan manusia maka pasti kembali pada pusatnya kembali dan untuk itu tidak poleh melupakan pancer kiblat yakni arah kiblat shalat.



Ketupat dianyam dengan cukup rumit namun rapat. Hal ini dimaknai bahwa meskipun rumit atau kompleksnya kehidupan harus tetap melekatkan silaturahmi dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Isi ketupat adalah beras. Ini melambangkan nafsu duniawi. Jadi nafsu itu harus dibungkus dengan rapat meskipun upaya untuk melakukannya mengalami kerumitan atau kesulitan tersendiri namun harus tetap dilakukan.

Disarikan dari berbagai Sumber
Gambar Infografis Filsofi Kupat dari ahmadbinhanbal.wordpress.com. Gambar ketupat dari google.com 

Monday, March 7, 2016

Kenali Tanda Segitiga Dalam Kemasan Botol Plastik

Dalam kemasan plastik, ada kode tertentu yang menjadi petunjuk mengenai karakteristik atau sifat dan juga asal kemasan plastik tersebut. Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh lembaga pengembang sistem kode seluruh dunia.

Secara umum tanda pengenal plastik tersebut:
1. Berada atau terletak di bagian bawah
2. Berbentuk segitiga
3. Di dalam segitiga tersebut terdapat angka 

4. Serta nama jenis plastik di bawah segitiga 


Tanda pengenal plastik itu dibagi menjadi 7 buah kelompok. Serta 3 tambahan sehingga totalnya ada 10 buah. 


Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga. 

Biasa dipakai untuk botol plastik, berwarna jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. 

BOTOL JENIS PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang. 


Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga. 

Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain.  

HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.  
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. 

Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. 


Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V atau PVC. V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.  
Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.  

Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain (bukan bertanda 3 dan V) seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya). 


Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE. LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek.
 

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah Kuat; Agak tembus cahaya; Fleksibel dan permukaan agak berlemak; Pada suhu 60 derajat Celcius sangat resisten dengan senyawa kimia; Daya proteksi terhadap uap air tergolong baik; Kurang baik bagi gas seperti Oksigen; Plastik ini dapat didaur ulang

Baik untuk barang- barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. 

Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.  

Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. 

Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.  

Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. 


Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja. 

PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.  

Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.  

Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. 

Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning- jingga, dan meninggalkan jelaga. 


Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan O atau OTHER

Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 jenis, yaitu :
1. SAN – styrene acrylonitrile,
2. ABS - acrylonitrile butadiene styrene,

3. PC - polycarbonate,
4. Nylon
 

Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. 

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring,  alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.

Plastik dengan jenis 7 yaitu SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.  


Bagaimana jenis plastik dengan kode 7 serta tulisan PC? 
PC – atau nama Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas

Apakah yang Dapat Kita Peroleh dari Informasi SIMBOL PLASTIK Tersebut?
1. Harus bijak dalam menggunakan plastik, khususnya kode 1, 3, 6, dan 7 (PC), seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Gunakan hanya sekali pakai!
2.
Akan aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (SAN atau ABS) 


Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan contohnya kita sering membeli gorengan di pinggir jalan, suka minta sama penjualnya yang panas lalu setelah digoreng dimasukkan ke kantong kresek hitam. Ternyata zat pewarna hitam ini kalau terkena panas, bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk zat radikal beracun yang berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Makanya mulai sekarang sebisa mungkin hindari membungkus makanan dengan tas kresek ya! Terutama makanan yang masih panas. 


Buat kita semua bagi para orang tua yang masih memerlukan botol susu untuk putra-putrinya:  
1. Pilih dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca, atau plastik jenis 4 atau 5.
2. Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel, atau plastik jenis 4 atau 5.

3. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.
4. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan jenis 7 PC (polycarbonate),
5. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.



Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum (biasa digunakan untuk tempat air putih didalam kulkas). Jika penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan. Gantilah dengan botol stainless steel atau gelas/kaca.

Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya pada microwave oven
, bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas sebelum dibungkus dengan plastik pembungkus ketika akan dipanaskan di mocrowave oven.


Cegah menggunakan kemasan plastik untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak. Cobalah untuk mulai menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa sayuran, makanan, ataupun belanjaan.  


Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.
 
Diolah dari berbagai Sumber


Friday, December 18, 2015

Inspirasi dari Seorang Sahabat

Fitri NN
Sewaktu saya bersekolah di SMA 5 Surakarta (sering disebut dengan Smaliska) tahun 1996-1999, beberapa teman saya adalah difabel. Setidaknya ada 10an orang, namun yang saya tahu dan kenal hanya beberapa orang yakni Toni (tuna daksa), Adlia (tuna netra) dan Fitri (tuna netra). Memang SMA 5 Surakarta pada saat saya sekolah di sana dulu menerima siswa difabel, juga disediakan guru khusus untuk mereka, sarana prasarananya juga cukup memadai pada waktu itu, semoga masih berlanjut sampai saat ini.

Dari ketiga orang tersebut yang saya tahu dan kenal betul hanya Fitri Nugraha Ningrum, biasa disapa Fitri, seorang tuna netra yang punya semangat tinggi dan cerdas. Meskipun dia memiliki keterbatasan pengelihatan namun semangatnya berbagi dengan sesama sungguh luar biasa.

Pada waktu itu sering dia berkeliling dari kelas ke kelas untuk ider tampah guna mengumpulkan dana yang diperuntukkan guna operasional kelompok belajar yang dia dirikan. Kelompok belajar punya anggota hampir 100 anak yang terdiri atas anak-anak usia 5 hingga 17 tahun di sekitar rumahnya yang berada di kawasan Kandang Sapi, Jebres, Solo.

Kegiatan Pengajian Anak-anak di Al Fithrah tahun 2002
Anak-anak yang tergabung dalam kelompok belajar tersebut selain belajar mata pelajaran sekolah juga ilmu agama (ngaji). Saya mulai terlibat aktif di sana, baru ketika kuliah, sekitar tahun 2000/2001 ketika Fitri mendirikan sebuah yayasan yang dinamai Yayassan Al-Fithrah Surakarta.

Mulailah sejak itu hingga sekitar tahun 2006 saya terlibat aktif, bersama empat kawan kuliah saya. Ya ngajari ngaji iqra', ya ngajari nggarap PR, ya ikut sumbang saran perkembangan yayasan.

Ketika benar-benar terlibat itulah saya paham betul karakter dan semangat kawan saya ini. Sungguh luar biasa, bahkan kami-kami yang non-difabel saja tidak sampai kepikiran hal-hal semacam ini. Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, Fitri ternyata memiliki jangkauan yang diluar batas orang biasa seperti saya. Bahkan, dia telah berhasil menyelesaikan S-2nya Pengembangan Masyarakat di UNS Surakarta.

Setelah tahun 2006 saya berpindah dari Kota Solo ke Magelang baru dapat berjumpa kembali dengan Fitri pada tahun 2009, ketika saya singgah ke sana bersamaan dengan acara pernikahan Fitri. Saya sungguh kaget Yayasan Al Fithrah telah berhasil membangun gedung 3 lantai di kawasan Kandang Sapi juga. Proses belajar anak-anak dan pengajian ibu-ibu masih tetap berlangsung hingga saat ini. Ini sungguh diluar bayangan dan mimpi kami semua yang ikut terlibat pada waktu itu.

Pertengahan tahun 2015 lalu, sekitar bulan Mei, saya ada pekerjaan di Mataram, NTB. Saya menghubungi Fitri dan saya singgah di rumahnya di Kawasan Kediri, Lombok Barat, NTB. Di rumah sederhana 2 lantai itu, dia juga mulai merintis kelompok bagi remaja yang dinamai Satelit Masa Depan Negara (SAMARA). Ada sekitar 20-an remaja putra dan putri (usia 13-18 tahun) yang berkegiatan di sini. Kegiatannya antara lain belajar bersama, diskusi tematik dengan narasumber tertentu, termasuk waktu saya datang diminta untuk berbagi pengalaman. Selain itu dari beberapa donatur yang yang dihimpun, SAMARA memberikan sedikit bantuan perlengkapan sekolah dan sedikit beasiswa untuk yang tidak mampu.

Bulan September 2015, saat saya berkunjung lagi ke Lombok, dan kembali menyempatkan mampir ke rumahnya, dia cerita bahwa baru saja dilantik sebagai Ketua DPD Persatuan Tuna Rungu Indonesia (PERTUNI) NTB 2015-2020, dan pada peringatan Hari Difabel Internasional di Lombok, Fitri sebagai ketua panitia kegiatan.

Sungguh merupakan pelajaran berharga bagi saya khusunya dan kita semua umumnya, bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berbuat bagi sesama. Inilah pengejawantahan dari tansah migunani marang wong liyo.

Pranala luar:
http://interact.id/pertuni/musdalub-ntb-2015/
https://www.facebook.com/pertuni.ntb

*) Tulisan ini repost dari tulisan lama dengan pembaruan informasi 

Sunday, April 1, 2012

Makna Kebahagiaan

Selama ini kita selalu mendengar dan bahkan sering menggunakan kata bahagia dan kebahagiaan dalam berbagai macam acara dan juga keseharian kita. Namun, sebenarnya kata bahagia dan kebahagian itu punya makna dan rahasia dibaliknya?

Lalu, sebenarnya, apakah makna dari kata bahagia taupun kebahagiaan tersebut? Dan apakah rahasia dibalik kata kebahagiaan itu? Berikut ini saya mencoba membedah makna dan rahasia dari kebahagian tersebut, yang saya sarikan dari berbagai referensi dan sumber baik dari internet maupun dari bacaan referensi yang banyak berserakan di sekitar kita.

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan. Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya adalah sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat sebuah bukit atau jalan menanjak, bukan meluncurinya (meluncur turun), kaki seseorang akan tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bahwa air yang tak mengalir jelas tidak tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih serta menyegarkan bagi orang lain.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Belajar tentang banyak hal. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Analogi sederhananya adalah, mengapa bebek seringkali disebut “bodoh”? Karena bebek terlalu banyak bercuap-cuap, sehingga lebih banyak mengekor saja.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati. Memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan TUHAN yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim atau sebagai penonton yang menertawakan kelucuan atas kesalahan orang lain.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap prang lain itu penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Bahwa kebahagiaan akan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain untuk mencintai mereka terlebih dahulu.

Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang lain itu patut menerima kehangatannya atau tidak.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri “Aku bebas dalam diriku”. Kebahagiaan itu berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain apa adanya. Nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya hanya berwarna satu macam saja?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Bahwa hati laksana pintu pada sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsip.

Mari kita renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya. Dan mari kita ejawantahkan dalam kehidupan ini.

Monday, March 19, 2012

Makna Filosofis Lagu Gundul-gundul Pacul

Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Cukup dalem banget yah makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu Jawa.

Thursday, February 2, 2012

Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno, demikian orang menyebutnya sebagai pembeda dengan Mataram Islam. Adalah sebuah kerajaan yang berdiri di daerah Jawa Tengah pada abad 8 hingga 10 Masehi. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Budha. Mataram Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Mataram Budha (Wangsa Syailendra), menurut penelusuran sejarah, berada di daerah Yogyakarta, Klaten, Purworejo dan Magelang.

Namun meski lokasinya berdekatan bahkan berdampingan, masyarakat kedua kerajaan ini dapat hidup dengan damai dan penuh toleransi selama berabad-abad. Sampai pada suatu saat, ketika Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya) mempersunting Pramodhawardhani (Wangsa Syailendra) dan berusaha menyatukan kedua wangsa tersebut terjadi pergolakan politik kekuasaan.

Pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ditengarai sebagi sebuah strategi dan upaya melanggengkan kekuasaan Wangsa Sanjaya di bhumi Mataram. Banyak pihak pada waktu itu yang tidak suka dengan hal tersebut. Kalangan elit Wangsa Syailendra, diantaranya adalah Bala Putera Dewa (adik Pramodhawardhani) yang merasa tersingkir dan berusaha merebut kembali kekuasaan tersebut, namun tidak berhasil, yang pada akhirnya melarikan diri ke Sumatra dan menikah dengan puteri Sriwijaya kemudian menjadi raja di sana.

Meski penuh kontroversi, namun harus diakui bahwa dimasa pemerintahan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, Kerajaan Mataram mencapai masa keemasanya. Dicirikan dengan banyaknya peninggalan berupa bangunan suci (candi) yang tersebar di daerah Yogyakarta, Klaten maupun Magelang. Dan situasi tersebut tidaklah mengusik ketentraman masyarakat Mataram yang plural pada saat itu.

Rakyat Mataram tidak terlalu terpengaruh dengan konflik elitis tersebut, mereka masih tetap hidup damai dalam sebuah kebudayaan dan peradaban serta keberagamaan yang plural. Inilah sebenarnya jatidiri bangsa Indonesia yang telah dimulai sejak berabad-abad lalu.

Namun hal tersebut pada saat ini seperti dilupakan oleh bangsa ini. Masyarakat bangsa ini telah terseret dalam konflik kepentingan elit, sehingga menjadikan situasi menjadi tidak kondusif. Alangkah indahnya jika situasi Mataram kala itu terwujud pada masa sekarang ini.

Monday, October 10, 2011

yang Terhempas, yang Tertindas

Selalu ada peminggiran kaum diffabel dalam wujud kehidupa sehari-hari dengan berbagai bentuk dan ranah, namun seolah-olah ini sudah dianggarp sebagai sesuatu yang pantas diterima diffabel. Sungguh ironis. Penderitaan yang dialami kaum diffabel sungguh rumit. Di satu sisi, mereka tidak dapat melakukan gugatan kepada Tuhan atas keadaan dirinya, dan di sisi lain sebagian masyarakat memperlakukan dan memandangnya secara berbeda bahkan semena-mena. 

Pada ranah sumber sosial (pendidikan, ekonomi, kependudukan, sumber daya manusia serta teknologi) kaum difabel seringkali tidak mendapatkan kesempatan yang setara. Pendidikan kaum difabel di negeri ini disendirikan, akan tetapi sarana penunjangnya sangatlah kurang. Akibatnya pengembangan kemampuan akademik dan non-akademik minim sekali, juga interaksi dengan orang non-difabel juga relatif terbatas, Teknologi yang dikembangkanpun juga sangat jarang yang diarah untuk membantu keterbatasan mereka.

Pada ranah sistem sosial (norma, hukum, sosial, politik), kaum difabel secara politik diragukan kemampuannya karena keterbatasan fisik untuk menjadi pimpinan lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan. Sarana prasarana umum juga sangat jarang memperhatikan aksessibilitas kaum difabel. Seakan-akan hanya disediakan bagi orang non-difabel, akibatnya sarana prasarana umum tersebut tidak mempersatukan individu atau kelompok di masyarakat namun justru cenderung memecah belah yang berakibat pada kecemburuan dan pada akhirnya memicu konflik.

Pada ranah budaya, bagi sebagian masyarakat, kaum difabel, dianggap rendah dan bahkan ada yang menganggapnya sebagai karma atau kutukan. ALLAH SWT pernah menegur Kanjeng Nabi Muhammad SAW karena bermuka masam dan memalingkan muka dari orang buta yang menghampirinya (sebagaimana dimaktub dalam QS AbBassa). Dalam bahasa Indonesia, kata cacat seringkali dikonotasikan dengan ejekan atau peyoratif dan selalu dikaitkan dengan hal-hal yang tidak baik, misalnya orang yang berkelakuan buruk disebut dengan cacat moral atau orang yang pernah berbuat makar pada negara dikatakan cacat politik.

Manusia memang dilahirkan dalam keadaan berbeda, namun berhak mendapatkan hak asasi yang sama. Setiap orang memiliki keterbatasan dan jangkauan yang berbeda namun dalam kehidupan bersama semua orang harus memperoleh perlakuan yang setara. Kaum difabel memiliki keterbatasan fisik namun bisa jadi memiliki jangkauan lebih dalam hal lain.

Bagaimana dengan kaum difabel di Indonesia? Di negeri ini telah banyak kebijakan yang digulirkan untuk 'mencoba' melindungi dan berpihak serta mengakui hak-hak kaum difabel, diantaranya adalah:
  • Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.
  • Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
  • Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
  • Keputusan Presiden No. 82 Tahun 1999 tentang Lembaga Koordinasi Dan Pengendalian Peningkatan Sosial Penyandang Cacat.
  • Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
  • Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 71 Tahun 1999 tentang Aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang sakit pada sarana dan prasarana perhubungan
Akan tetapi masih saja jauh dari implementasi. Kaum difabel di negeri ini masih saja sulit mengakses pekerjaan formal baik sebagai pegawai negeri maupun swasta. Jikapun ada hanya satu dari seribu difabel yang berhasil mengaksesnya. Aksessibilitas pada sarana prasarana umum seperti gedung, jalan, halte masih tidak mencerminkan pengakuan keberadaan mereka, sangat banyak yang tidak menyediakan kemudahan akses bagi difabel. Bahkan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) yang dicanangkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000 hanya tinggal nama dan kenangan sebab aksesibilitas pada bangunan dan transportasi publik kita masih jauh dari standar aksesibilitas.

Bahwa perjuangan kaum difabel Indonesia memang tidak pernah berhenti. Namun seolah-olah masih saja terbentur pada sebuah tembok besar yang kokoh. Dan perjuangan tersebut memang tidak akan pernah berhasil jika tanpa didukung organisasi serta sumber daya manusia difabel yang kuat serta oleh kalangan non-difabel yang memiliki empati kepada mereka. Tanpa itu, sekuat apapun gerakan dan teriakan kaum difabel memperjuangkan hak-haknya maka akan nihil. Pemerintah sebagai wujud dari pelaksanaan tata kelola negara harus terus didesak, sebab kemauan pemerintah untuk menjalankan peraturan perundangan yang telah dibuat tersebut masih nihil. Hampir selalu retorika belaka. Bahkan jika memang diperlukan untuk melakukan class action ataupun gugutan pra peradilan atas tidak aksesibelnya sarana prasarana umum yang dibangun oleh negara menjadi hal dapat dilakukan.

Tulisan ini diolah dari hasil diskusi bersama dengan Organisasi Difabel "Warsa Mundung" Magelang
Gambar ilustrasi dari sini

Friday, September 9, 2011

9 September

Bagi kebanyakan orang dinilai sebagai angka keramat, karena 9 adalah bilangan tertinggi dalam deret bilangan asli. Ada yang bilang ini angka hoki, ada yang berkata ini angka keren, ada pula yang memastikan bahwa ini angka mistik. Namun menurut saya ini angka sembilan.


Dari penerawangan saya ternyata ada yang menarik dan unik dari 9 September berkenaan dengan Agenda Pekan Olahraga Nasional (PON) I dilaksanakan di Kota Solo.
Bahwa upacara pembukaan oleh Presiden Soekarno dilakukan pada 9 September [kemudian ditetapkan sebagai Hari Olahraga Nasional]. Pekan Olahraga Nasional I ini diikuti oleh sekitar 600 atlet yang bertanding pada 9 cabang olahraga yakni : Atletik, Lempar Cakram, Bulutangkis, Sepakbola, Tennis, Renang, Pencak silat, Panahan dan Bola Basket. Dengan jumlah total medali (emas, perak, perunggu) yang diperebutkan sebanyak 108 (1+0+8=9).

Pesertanya bukan tingkat propinsi melainkan tingkat Kota dan Karesidenan. Ada 13 partisipan yakni Surakarta, Yogyakarta, Bandung, Madiun, Magelang, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kedu, Banyuwangi, Surabaya. Juaranya adalah kota Solo dengan total medali sebanyak 36 medali (3+6=9). Kok ngepasi ya?

Lebih ngepasi lagi adalah 9 hari setelah pembukaan PON I tersebut adalah peristiwa berdarah pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948, (1+8=9). Dimana para korbannya adalah para kyai dan ulama yang banyak berasal dari Ormas bernama NU yang lambangnya ada bintangnya sejumlah 9.

Kabeh-kabeh kok 9 ya? (thinking)

Thursday, August 25, 2011

Konsumerisme Lebaran

Semua kalangan masyarakat dimanapun merasa perlu menyambut dan merayakan yang namanya Lebaran ini dengan caranya masing-masing. Maka telah menjadikan Lebaran sebagai sebuah momentum meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan-kebutuhan pokok (primer) dan terutama adalah pada kebutuhan non primer (sekunder dan tersier). Anggapan dan penilaian bahwa yang namanya Idul Fitri adalah serba baru telah menggiring masyarakat menjadi bersifat konsumtif disaat Lebaran datang.
Tawaran diskon dan potongan harga serta yang dinamakan cuci gudang benar-benar menyihir masyarakat untuk melakukan peningkatan konsumsi yang luar biasa sewaktu menyambut yang namanya Lebaran ini. Baju-baju didiskon di mall-mall. Sepatu dan sendal ditawarkan potongan harga. Pernak-pernik perhiasan diberikan harga khusus. Bahkan yang namanya handphone keluaran baru juga dibandrol dengan harga murah. Objek-objek wisata menawarkan perlakuan dan harga tiket masuk khusus sewaktu hari Lebaran tiba.

Akan tetapi bagaimana dengan sembako (kebutuhan bahan pangan). Apakah untuk komoditas ini juga ada perlakukan yang menggiurkan masyarakat? Jawabnya adalah tidak. Bahkan harga cenderung naik berlipat-lipat. Kebutuhan yang dicap sebagai kebutuhan primer diwaktu Lebaran menjelang justru dibandrol dengan harga yang melangit. Demikian pula dengan jasa transportasi. Semua butuh dan semua pasti mau beli dengan harga berapapun sebab ini kebutuhan pokok manusia.

Lalu sebenarnya berapa sih perputaran uang yang ada di masyarakat serta tingkat konsumsi sewaktu Lebaran tiba itu? Ada salah satu penelitian menarik yang dilakukan di kawasan Solo Raya oleh sebuah media massa bahwa ternyata perputaran uang menjelang Lebaran (H-5) mencapai 10 kalinya dari perputaran uang biasanya. Artinya ini ada 10 kali peningkatan konsumsi masyarakat dari tingkat konsumsi masyarakat Solo Raya selain Lebaran. Entah bagaimana metodologi riset ini, karena saya hanya kaumbiasa maka saya hanya bisa melihat hasilnya yang cukup fantastis itu. Dan hanya bisa membuat analogi, jika per orang di hari biasa hanya mengkonsumsi sate kambing 1 piring maka di hari Lebaran dia akan mengkonsumsi 10 piring. Begitukah?

Thursday, August 4, 2011

Ramadhan Bulan Keramat

Bulan Ramadhan adalah bulan keramat bagi Umat Islam dan Bangsa Indonesia serta bagi Seluruh Umat Manusia di dunia. Bagaimana tidak, bahwa di Bulan Ramadhan itulah ada sebuah malam yang mana jika kita melakukan ibadah maka nilai pahalanya sama dengan beribadah seribu bulan, itulah Malam Lailatul Qadar. Di bulan Ramadhan pula (17 Ramadhan), kitab suci AL Qur’an diturunkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebagai petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam.

Puasa adalah ibadah wajib di Bulan Ramadhan bagi umat Islam. Dengan berpuasa maka akan mengekang hawa nafsu, dengan mengekang nafsu maka menambah pahala dan mengurangi dosa sebab inilah bulan jihad akbar Umat Islam. Jihad akbar adalah jihad melawan hawa nafsunya. Jihad melawan hawa nafsu lebih utama ketimbang berperang melawan orang kafir. Bulan ini pula bulan pengampunan bagi dosa-dosa manusia (bagi mereka yang serius memohon ampunan-Nya) untuk menuju gerbang Idul Fitri (gerbang kesucian diri). Pahala amalan di bulan ini dilipat gandakan dan dosa-dosa dihapuskan.
Di bulan Ramadhan pula Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, yakni pada 9 Ramadhan 1365 H. Di bulan Ramadhan pula seluruh umat manusia di dunia mendapatkan berkah luar biasa. Mereka-mereka, para pedagang baik Muslim dan non Muslim, yang menjajakan makanan buka puasa maupun pakaian menyambut lebaran (Idul Fitri) selalu laku keras dan meraup keuntungan luar biasa. Itulah keramatnya bulan Ramadhan. Berkah Ramadhan untuk semuanya. Itulah Rahmatan Lil’alamin.

Monday, July 18, 2011

Tak Bangga Berbahasa Indonesia

Entah mulai kapan, yang jelas akhir-akhir ini dalam pengamatan saya bahwa orang-orang di negeri ini mulai sedikit banyak tidak bangga dengan bahasanya sendiri yakni Bahasa Indonesia. Entah apa sebabnya, apakah dirasa kurang keren dan kurang gaul atau karena apa saya tidak begitu paham.

Yang pasti, banyak penggunaan dan pemilihan kata-kata yang cenderung mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan berganti dengan bahasa Inggris. Apakah ini dampak globalisasi? Ataukah sebagai sebuah upaya go international? Sekali lagi saya tidak tahu.

Ambil contoh sederhana yang sering kita jumpai di jalanan saja, yakni perubahan tulisan pada atribut Satpam (Satuan Pengamanan) menjadi Security atau sering saya melihat rompi polisi yang tulisannya Police. Itu yang sederhana yang banyak dilihat disana-sini. Lha yang lain masih banyaklah.

Semboyan kota-kota di Indonesia juga mulai demikian. Ambil contoh Solo dengan The Spirit of Java atau Jogja dengan Never Ending Asia. Padahal keduanya mengklaim sebagai kota budaya. Bukankah seharusnya nguri-uri kabudayan termasuk dalam pemilihan slogannya juga. Para politisi kita selalu saja menggunakan istilah-istilah asing semisal bailout atau pun reshuffle. Kemudian muncul istilah e-governance dan lain sebagainya. Merek dagang pun demikian juga.

Ini semua merupakan kegelisahan saya melihat fenomena demikian. Kenapa kita tidak bangga dengan bahasa Indonesia. Banyak bangsa di dunia ini yang mulai bangkit nasionalismenya namun justru bangsa ini mulai menuai ilusi-ilusi nasionalisme. Maka jangan marah jika budaya bangsa ini diklaim orang lain. Jangan protes jika bahasa Indoensia akan dipatenkan oleh negara lain, karena kita sendiri memang tidak bangga menggunakannya.

Sunday, July 10, 2011

Ilusi Nasionalisme

Ketika ada budaya aset bangsa semisal Reog Ponorogo, diklaim bangsa lain teriak-teriak. Ketika Angklung diambil orang sama-sama teriak. Pada saat Lagu Rasa Sayange dijadikan budaya orang maka semua protes. Sewaktu Ketupat dijadikan makanan khas negara lain semua pada teriak.

Padahal keseharian kita apakah mau memainkan alat musik Angklung itu, jangankan memainkan mendengar saja tidak mau. Sehari-hari lagu-lagu pop dan lagu barat menjadi menu pokok yang diperdengarkan. Orang-orang lebih merasa gengsi jika memakai baju merek impor daripada pakai Batik bikinan UKM dekat rumah. Lebih suka makan Pizza daripada makan Ketupat adalah jawaban ketika ditanya apa makanan favorit kita. Dan lebih suka melihat tarian Samba daripada menonton Reog Ponorogo. Kita juga lebih bangga menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia, biar kelihatan keren dan modern katanya.
Itulah yang terjadi dengan bangsa ini. Ketika ada yang menganggap itu budaya mereka maka bangsa ini berteriak. Protes dimana-mana. Namun ketika adem ayem maka budaya aset bangsa tersebut hanya menjadi barang yang dianggap kuno dan jadul alias tidak modern dan masa kini.

Ketika diajak nonton wayang dianggap kuno. Sewaktu diminta muterin lagu-lagu daerah dicap jadul. Pada saat disuguhi ketupat dibilang nggak modern. Jika diminta memainkan angklung jawabnya kurang masa kini.

Lha, kalau seperti itu ya jangan protes dan teriak sewaktu negara lain meng-klaim budaya-budaya kita jadi budaya mereka. Mematenkan makanan khas negeri ini menjadi makanan khas mereka. Sebab, kita tidak pernah menjaga aset budaya bangasa ini, bahkan justru meremehkan dan menganggapnya kuno.

Friday, May 20, 2011

tentang Kebangkitan Nasional

Ketika bicara tentang Kebangkitan Nasional saya jadi teringat dengan sebuah diskusi kecil yang dilakukan kawan-kawan di sebuah wedangan di Solo saat saya masih kuliah dulu. Perdebatan tentang apakah Boedi Oetomo berperan penting dalam momen tersebut ataukah justru SDI yang lebih tepat dikatakan sebagai pelopor kebangkitan nasional???

Sampai saat ini belum ketemu jawabannya yang tepat. Semua berargumen masing-masing. Dan saya yakin dalam berargumen selalu ada dasarnya.
Pada obrolan kami sekitar 5 tahun lalu tersebut, kami sepakat bahwa tonggak Kebangkitan Nasional adalah saat momen Soempah Pemoeda 1928. Dan itu lebih pas ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sebab ketika itu berbagai kelompok dan komponen bangsa dari berbagai kesukuan, agama dan ras bertemu dan menyatakan bahwa Indonesia adalah bangsa, tanah air dan bahasa yang satu.
Bahwa munculnya Sumpah Pemuda memang didasari pada pergerakan nasional untuk merdeka dan tidak bisa dinafikan bahwa Boedi Oetomo maupun Syarikat Dagang Islam (SDI) serta PI (Perhimpunan Indonesia) banyak mewarnai dan mendorong serta mengilhami terjadinya Kongres Pemuda II hingga ikrar Sumpah Pemuda tersebut. Akan tetapi menurut saya bahwa momen yang tepat sebagai Kebangkitan Nasional.

Namun yang lebih penting adalah bahwa sudahkah Indonesia bangkit saat ini??? Hari Kebangkitan Nasional harus dimaknai dari sekedar peringatan seremonial dengan upacara bendera semata. Harus ada langkah konkret benar-benar bangkit

Monday, May 2, 2011

Hari Pendidikan Nasional

Siapa pun paham dan tahu bahwa tanggal 2 Mei adalah diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Sejak SD sudah diajarkan dan ditanamkan serta dikenalkan hal ini.

Namun, selama ini yang namanya Hari Pendidikan Nasional adalah sebuah seremonial semata. Diperingati dengan lomba dan upacara bendera. Apakah dengan lomba dan lebih-lebih upacara bendera, mutu dan kualitas pendidikan menjadi lebih baik? Apakah bisa menjadikan biaya pendidikan menjadi murah?

Bangsa ini masih menjadi bangsa seremonial semata. Jangankan hari Pendidikan Nasional, yang namanya sadar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) saja dilakukan dengan upacara bendera. Lha apa hubungane jal?

Bangsa ini masih belum melihat bahwa pendidikan adalah investasi masa depan. Menanam modal pendidikan demi kemajuan bangsa kelak masih menjadi sesuatu yang berat dilakukan. Ataukah memang para pemimpin negeri ini ingin demikian sehingga rakyat tetep bodoh sehingga gampang diapusi?

Thursday, April 21, 2011

Emansipasi dan Kisah Laksamana Malahayati


Beliau adalah seorang perempuan yang agung (grande dame), yang memimpin sebuah laskar pejuang yang berisi para perempuan dan kebanyakan adalah janda yang ditinggal wafat suami mereka dalam perjuangan melawan penjajah. Termasuk suaminya saat berperang melawan Portugis sewaktu akan menguasai selat Malaka. Laskar tersebut dinamai Laskar Inong Balee atau yang bermakna Laskar para Janda pahlawan. Beranggotakan 2000 orang prajurit perempuan.

Emansipasi perempuan selalu dikaitkan dengan keberadaan RA Kartini. Menurut saya, bahwa yang namanya pejuang emansipasi perempuan atau kesetaraan gender ada jalan dan strategi serta taktik masing-masing pejuangnya. Model dan cara berjuangnya juga berbeda. Laksamana Malahayati, menurut saya juga adalah seorang pejuang emansipasi perempuan. Mosok sih? Lha sakjane sopo tho Malahayati kuwi???

Malahayati, nama aslinya adalah Keumala Hayati, hidup di masa Kerajaan (Kesultanan) Atjeh dipimpin oleh Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV yang memerintah antara tahun 1589-1604 M. Malahayati pada awalnya adalah dipercaya sebagai kepala pengawal dan protokol di dalam dan luar istana. Karir militernya menanjak setelah kesuksesannya "menghajar" kapal perang Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Cornelis de Houtman yang terkenal kejam. Bahkan Cornelis de Houtman tewas ditangan Malahayati pada pertempuran satu lawan satu di geladak kapal pada 11 September 1599. Akhirnya beliau diberi anugerah gelar Laksamana. Dan beliaulah Laksamana Perempuan Pertama Di Dunia. Beliau juga sukses menghalau Portugis dan Inggris masuk ke Aceh.

Selain itu, beliau juga mendirikan sebuah benteng yang dikenal dengan Benteng Inong Balee di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Benteng tersebut menghadap ke barat, ke arah Selat Malaka. Benteng ini merupakan benteng pertahanan sekaligus sebagai asrama penampungan janda-janda yang suaminya gugur dalam pertempuran. Selain itu juga digunakan sebagai sarana pelatihan militer dan penempatan logistik keperluan perang.

Setelah wafat Malahayati dimakamkan tidak jauh dari Benteng Inong Balee, sekitar 3 Km dari benteng berada diatas bukit. Lokasi makam pada puncak bukit, merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap tokoh yang dimakamkan. Penempatan makam di puncak bukit kemungkinan dikaitkan dengan anggapan bahwa tempat yang tinggi itu suci. Beberapa kompleks makam di daerah lain yang terdapat di puncak bukit antara lain: Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri Yogyakarta, makam Sunan Giri di Giri Gresik, Sunan Muria di Kudus, dan Gunung Jati di Cirebon.

Nama Malahayati saat ini terserak di mana-mana, sebagai nama jalan, pelabuhan, rumah sakit, sebuah universitas di Bandar Lampung, Akademi Maritim di banda Aceh serta kapal perang, KRI Malahayati, satu dari tiga fregat berpeluru kendali MM-38 Exocet.

Itulah profil singkat salah seorang pahlawan Aceh. Jika selama di sekolah dulu kita hanya diajarkan bahwa pahlawan Aceh hanya ada Cut Nya' Dien maupun Cut Meutia saja, ternyata ada pahlawan perempuan yang lain juga.
Para pahlawan tersebut, menurut saya, tidak bisa dibanding-bandingkan. Tidak bisa disama-atau dibedakan. Mereka memiliki karakteristik masing-masing, punya keahlian dan jalannya masing-masing untuk memperjuangkan cita-citanya. Jadi saya ndak sepakat jika Malahayati lebih heroik dibanding RA Kartini atau Cut Nyak Dien atau sebaliknya.
Beda karakter, beda waktu, dan beda jalan yang harus dilalui untuk menjadi pahlawan. Jika RA Kartini berjuang dengan pena untuk sebuah emansiapasi, sementara Malahayati berjuang dengan pedang. Yang jelas kesemuanya berjuang dengan fikiran dan tenaga serta taktik masing-masing. Semuanya, menurut saya adalah para pejuang emansipasi perempuan yang bergerak dengan caranya masing-masing.