Monday, October 30, 2017

Masjid Agung Pondok Tinggi, Sungai Penuh, Kerinci


Masjid Agung Pondok Tinggi adalah salah satu masjid tertua di kawasan Kerinci, Provinsi Jambi. Masjid ini dibangun pada tahun 1874 Masehi dan menjadi saksi penyebaran agama Islam di kawasan Kerinci dan sekitarnya. Ukuran masjid adalah 30 x 30 Meter dengan tinggi 30,5 Meter (100 kaki). Dinding Masjid terbuat dari kayu dan dihiasi dengan ukiran motif tumbuhan dan hiasan motif geometris. Lantai masjid dibuat dari ubin dan masjid ini memiliki pintu ganda dengan motif tumpal dan sulur-suluran sebagaimana motif hiasan pada setiap sudut masjid.
motif hiasan ukiran

Masjid Agung Pondok Tinggi berada di Jalan Soekarno-Hatta, Sungai Ning, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Masjid Agung Pondok Tinggi merupakan warisan cagar budaya dan dilindungi oleh UU 5/1990 tentang Cagar Budaya. 

Kota Sungai Penuh sebelumnya adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kerinci dan menjadi ibukota Kabupaten Kerinci, kemudian pada tahun 2008 dengan keluarnya UU No. 25/2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh, maka resmi terlepas secara administrasi dari Kabupaten Kerinci dan menjadi wilayah otonom sendiri. Sebagian kecil kawasan kota Sungai Penuh adalah Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Menurut penuturan salah satu warga yang juga pengurus masjid, masjid ini selesai dibangun pada tahun 1902 Masehi. Dan di atas masjid ini pula, Sang Saka Merah Putih Berkibar pertama kalinya di wilayah Kerinci.

Arsitektur masjid ini sama dengan arsitektur masjid di Nusantara, yakni dengan atap limas tiga tingkat. Menurut masyarakat Kerinci, 3 tingkat atap tersebut adalah lambang filosofis hidup yang mereka lakukan sehari-hari, yaitu Bapucak satu (berpucuk satu); Berempe Jurai (menjurai empat) dan Batingkat Tigae (bertingkat tiga). Bapucak Satu maknanya bahwa masyarakat mempunyai satu kepala adat dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berempe Jurai adalah 4 jurai yang ada di kawasan Pondok Tinggi. Batingkat Tigae adalah simbol keteguhan masyarakat Kerinci menjaga 3 (tiga) pusaka yang diwariskan turun temurun yakni Pusaka Tegenai, Pusaka Ninik Mamak dan Pusaka Depati.

Masjid Agung Pondok Tinggi disangga dengan 36 tiang, terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok pertama adalah Tiang Panjang Sembilan (tiang tuo) sebanyak 4 buah; Tiang Panjang Limau (panjang lima) sebanyak 8 buah yang tertata di ruangan bagian tengah dan Tiang Panjang Duea (panjang dua) sebanyak 24 buah yang terletak di ruangan bagian luar.

Beduk atau Tabuh di Masjid Agung Pondok Tinggi
Masjid Agung Pondok Tinggi memiliki 2 (dua) Beduk. Beduk pertama dengan ukuran panjang 7,5 meter dan garis tengah bagian pukul 1,115 meter serta garis tengah bagian belakang 1,10 meter dibuat dari kayu disebut dengan Tabuh Larangan. Sementara beduk kecil dengan ukuran panjang 4,25 meter dan garis tengah depan 75 cm serta bagian belakang 69 cm dan terbuat dari kayu.

Menara tempat mengumandangkan Adzan yang berada di dalam masjid
Menara Masjid yang berbentuk Anjungan Mangkuk Besar yang digunakan untuk mengumandangkan adzan berada di dalam masjid. Untuk naik ke menara ini harus melalui tangga yang terbuta dari kayu yang berjumlah 17 anak tangga. Jumlah ini adalah simbol atas jumlah rakaat shalat wajib lima waktu. 

Mihrab dan Mimbar Khotbah

Di sisi utara bangunan masjid terdapat makam tua. Warga juga tidak banyak yang tahu itu makam siapa karena tidak ada tulisan atau identitas di batu nisannya. Mereka hanya menyebut sebagai makam para tokoh dan tetua dulu.

Catatan: Foto adalah koleksi pribadi, diambil dengan iPhone 6