Monday, April 16, 2012

Candi Plaosan


Candi Plaosan demikian candi ini disebut, karena berada di Dusun Plaosan Desa Bugisan Kec. Prambanan Kab. Klaten. Memang candi ini tidak sekondang Candi Prambanan maupun Candi Borobudur yang sudah kondang kaloka sak nuswantoro itu. Meski sama-sama dibangun pada masa Mataram Kuno.

Candi Plaosan adalah sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan  pada abad ke-9. Candi dengan arsitektur perpaduan Budha-Hindu ini diperuntukkan buat sang Prameswari, Sri Pramudyawardani. Candi Plaosan terbagi menjadi 2 yakni Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

Candi Plaosan Lor, terdiri dari candi induk dan candi perwara (pendamping) dan juga stupa-stupa perwara. Setiap candi mempunyai 6 ruangan yang terbagi dalam 2 tingkat. Di ruangan di lantai bawah terdapat patung Buddha yang terbuat dari tembaga, [tetapi sekarang sudah hilang], yang dikelilingi oleh dua patung Bodhisattva. Relief di tembok menggambarkan pemberian. Benda yang disucikan diletakkan di lantai atas.

Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil (perwara) yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi.

Ciri khas Candi Plaosan adalah teras (bagian bawah candi) yang halus. Para ahli memperkirakan, candi tersebut digunakan untuk menyimpan naskah-naskah suci maupun untuk tempat peribadatan. Selain itu ditemukan pula parit berukuran 440×270 M yang besar kemungkinan gunakan untuk menjaga agar tanah candi tetap padat.

Keduanya sampai saat ini belum selesai ditata ulang. Masih banyak berujud puing-puing berserakan. Candi Plaosan Lor mulai dipugar pada 1962, sedangkan Plaosan Kidul baru dimulai pada 1990.

Sunday, April 1, 2012

Makna Kebahagiaan

Selama ini kita selalu mendengar dan bahkan sering menggunakan kata bahagia dan kebahagiaan dalam berbagai macam acara dan juga keseharian kita. Namun, sebenarnya kata bahagia dan kebahagian itu punya makna dan rahasia dibaliknya?

Lalu, sebenarnya, apakah makna dari kata bahagia taupun kebahagiaan tersebut? Dan apakah rahasia dibalik kata kebahagiaan itu? Berikut ini saya mencoba membedah makna dan rahasia dari kebahagian tersebut, yang saya sarikan dari berbagai referensi dan sumber baik dari internet maupun dari bacaan referensi yang banyak berserakan di sekitar kita.

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan. Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya adalah sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat sebuah bukit atau jalan menanjak, bukan meluncurinya (meluncur turun), kaki seseorang akan tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bahwa air yang tak mengalir jelas tidak tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih serta menyegarkan bagi orang lain.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Belajar tentang banyak hal. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Analogi sederhananya adalah, mengapa bebek seringkali disebut “bodoh”? Karena bebek terlalu banyak bercuap-cuap, sehingga lebih banyak mengekor saja.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati. Memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan TUHAN yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim atau sebagai penonton yang menertawakan kelucuan atas kesalahan orang lain.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap prang lain itu penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Bahwa kebahagiaan akan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain untuk mencintai mereka terlebih dahulu.

Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang lain itu patut menerima kehangatannya atau tidak.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri “Aku bebas dalam diriku”. Kebahagiaan itu berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain apa adanya. Nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya hanya berwarna satu macam saja?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Bahwa hati laksana pintu pada sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsip.

Mari kita renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya. Dan mari kita ejawantahkan dalam kehidupan ini.

Monday, March 19, 2012

Makna Filosofis Lagu Gundul-gundul Pacul

Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Cukup dalem banget yah makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu Jawa.

Thursday, March 8, 2012

Perkembangan Dialek Bahasa Jawa Bojonegoro

Apakah yang dimaksud dengan dialek bahasa Jawa Bojonegoro?
Dalam dialek Jawa Timur terdapat beberapa subdialek, yaitu subdialek Banyuwangi Selatan, subdialek Bojonegoro, subdialek Gresik, subdialek Lamongan, subdialek Mojokerto, subdialek Pasuruan, subdialek Pacitan, subdialek Surabaya, subdialek Sidoarjo, subdialek Tengger, dan subdialek Malang.

Subdialek bahasa Jawa Bojonegoro adalah jenis dialek yang digunakan oleh masyarakat di sekitar Bojonegoro atau di daerah pantura Jawa Timur dimana daerah ini berbatasan dengan Jawa Tengah. Dialek Bojonegoro ini dipengaruhi oleh dialek standar bahasa Jawa. Ada pola khusus subdialek Bojonegoro. 

Berikut contoh arti Bahasa Jenegoroan yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari :
Njungok = Lunguh = Duduk 
maksutem = Apa maksutnya
Nggonem = milikmu
Bluron = Mandi disuangai
Piyeleh = Bagaimana
Anggitem = apa yang kamu kehendakai, apa yang diinginkan
Mbok anggep = kamu menggangap apa
Pasemem = Menurutmu
Matoh = Bagus

Untuk kata ‘matoh’ akhir-akhir ini banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat Bojonegoro karena menjadi jargon kota Bojonegoro. Kata ‘ matoh ‘ dapat diartikan sebagai suatu yang bagus. Sebenarnya kata ‘matoh’ sudah lama digunakan oleh masyarakat Bojonegoro untuk menyebut sesuatu yang bagus atau sangat bagus. Namun, belakangan ini, hampir semua masyarakat Bojonegoro menggunakan kata ‘matoh’ sehingga perkembangannya sangat pesat. Apalagi, Bupati Bojonegoro sering menggnakan kata ‘ matoh ‘ dalam setiap pidatonya di setiap kesempatan.

Bagaimana Perkembangan dialek bahasa Jawa Bojonegoro?
Dialek bahasa Jawa Bojonegoro berkembang di daerah Bojonegoro. Pada saat ini, perkembangan dialek bahasa Jawa Bojonegoro kurang begitu memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Banyak masyarakat Bojonegoro yang kurang mengerti bagaimana dialek bahasa Jawa Bojonegoro itu.

Pembelajaran bahasa Jawa di Bojonegoro menggunakan tata bahasa Jawa yang berpangkal pada bahasa Jawa standar. Banyak kosakata dialek bahasa Jawa Bojonegoro yang tidak dimengerti bahkan telah hilang karena kurang digunakan oleh penuturnya. Apalagi, pada saat ini banyak keluarga yang menerapkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari.

Meskipun saat ini perkembangan dialek bahasa Jawa tidak begitu signifikan, sebagai penutur sewajarnya menggunakan dialek tersebut karena dialek bahasa Jawa Bojonegoro merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya.

Pengaruh dialek bahasa Jawa Bojonegoro terhadap bahasa Indonesia
Penggunaan dialek bahasa Jawa Bojonegoro menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap bahasa Indonesia. Dampak tersebut bisa dilihat dari pemakaiannya. Apabila ada dialek bahasa Jawa Bojonegoro yang dirasa pantas masuk sebagai kata/ragam baku bahasa Indonesia maka hal itu dapat menambah kosakata bahasa Indonesia.

Dampak negatif dari penggunaan dialek bahasa Jawa Bojonegoro terhadap bahasa Indonesia adalah dapat mengurangi pemahaman penutur bahasa tentang bahasa Indonesia. Namun, dampak negatif ini tidak begitu kentara karena penggunaanya disesuaikan dengan situasi kebahasaannya tanpa mengurangi esensi dari bahasa tersebut.

Disisi lain, dialek bahasa Jawa Bojonegoro harus dipertahankan karena dengan adanya keragaman akan semakin memperkaya dan mampu mempertahankan bahasa Jawa. Dengan menggunakan bahasa Jawa, orang Jawa tidak akan kehilangan  identitasnya.

Thursday, February 2, 2012

Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno, demikian orang menyebutnya sebagai pembeda dengan Mataram Islam. Adalah sebuah kerajaan yang berdiri di daerah Jawa Tengah pada abad 8 hingga 10 Masehi. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Budha. Mataram Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Mataram Budha (Wangsa Syailendra), menurut penelusuran sejarah, berada di daerah Yogyakarta, Klaten, Purworejo dan Magelang.

Namun meski lokasinya berdekatan bahkan berdampingan, masyarakat kedua kerajaan ini dapat hidup dengan damai dan penuh toleransi selama berabad-abad. Sampai pada suatu saat, ketika Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya) mempersunting Pramodhawardhani (Wangsa Syailendra) dan berusaha menyatukan kedua wangsa tersebut terjadi pergolakan politik kekuasaan.

Pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ditengarai sebagi sebuah strategi dan upaya melanggengkan kekuasaan Wangsa Sanjaya di bhumi Mataram. Banyak pihak pada waktu itu yang tidak suka dengan hal tersebut. Kalangan elit Wangsa Syailendra, diantaranya adalah Bala Putera Dewa (adik Pramodhawardhani) yang merasa tersingkir dan berusaha merebut kembali kekuasaan tersebut, namun tidak berhasil, yang pada akhirnya melarikan diri ke Sumatra dan menikah dengan puteri Sriwijaya kemudian menjadi raja di sana.

Meski penuh kontroversi, namun harus diakui bahwa dimasa pemerintahan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, Kerajaan Mataram mencapai masa keemasanya. Dicirikan dengan banyaknya peninggalan berupa bangunan suci (candi) yang tersebar di daerah Yogyakarta, Klaten maupun Magelang. Dan situasi tersebut tidaklah mengusik ketentraman masyarakat Mataram yang plural pada saat itu.

Rakyat Mataram tidak terlalu terpengaruh dengan konflik elitis tersebut, mereka masih tetap hidup damai dalam sebuah kebudayaan dan peradaban serta keberagamaan yang plural. Inilah sebenarnya jatidiri bangsa Indonesia yang telah dimulai sejak berabad-abad lalu.

Namun hal tersebut pada saat ini seperti dilupakan oleh bangsa ini. Masyarakat bangsa ini telah terseret dalam konflik kepentingan elit, sehingga menjadikan situasi menjadi tidak kondusif. Alangkah indahnya jika situasi Mataram kala itu terwujud pada masa sekarang ini.