Friday, June 26, 2009

Rama Maheswara Az-Zahirul Haq

Pada hari Kamis, 25 Juni 2009 tepat pukul 16.50 wib di tlatah Bojonegoro tangis bayi laki-laki terdengar keras dari kamar bersalin seorang bidan. Dialah putera sang KaumBiasa. Bayi laki-laki tersebut terlahir dengan berat 3,38 Kg dan panjang 48 cm. Sujud syukur sebagai ungkapan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT Kang Maha Kuwaos, akhirnya penantian saya selama 9 bulan selesai sudah. Akhirnya jagoanku terlahir ke dunia ini. Akhirnya saya menjadi ayah juga .

Setelah ‘bermediatasi’ semalam suntuk guna mencari nama yang pas, karena nama adalah doa dan harapan. Dan akhirnya saya berserta istri sepakat memberikan nama Rama Maheswara Az-Zahirul Haq. Diambil dari bahasa Sansekerta, Kawi dan Arab.

Rama [Sansekerta] = Anak Lelaki
Maheswara [Kawi] = Mulia, Pemimpin Besar
Az-Zahirul Haq [Arab] = Pembela dan Pendukung Kebenaran

Sehingga anak ini nantinya akan menjadi Seorang Lelaki Mulia yang akan Memimpin Dunia dan Selalu Membela Kebenaran.
Doa kami, sebagai orang tua, nantinya kau bisa menjadi apa yang kami idamkan nak. Sesuai dengan namamu, bahwa kamu akan menjadi pemimpin dunia yang senantiasa membela kebenaran dan akhirnya mencapai kemuliaan. Dan tulisan ini semoga akan menjadi pengingatmu di kemuadian hari kelak.
Terima kasih Tuhan atas anugrahmu , terima kasih untuk istriku tercinta, Afrik Febiantanti, yang telah menjaga benih yang kutabur, mari kita rawat dan besarkan sang Rama guna menjadi apa yang kita cita-citakan.

Saturday, January 3, 2009

Bakso Ora Patek Enak

“Bakso Ora Patek Enak”. Demikian tulisan yang terpampang di sebuah warung bakso yang berada di Jalan Soedirman, Bojonegoro, Jawa Timur.

Maksud dalam bahasa Indonesia tulisan tersebut adalah “Bakso Tidak Terlalu Enak”, cukup menggelitik pikiran orang yang membacanya. Sebab biasanya tulisan di warung-warung makan selalu menonjolkan kelebihan dari rasa masakannya, namun ini justru kebalikannya. Menyampaikan pesan bahwa masakan di warung bakso tersebut tidak terlalu enak.

Dan yang aneh adalah warung bakso tersebut cukup laris dikunjungi orang. Mungkin mereka ingin membuktikan, apakah masakan warung bakso tersebut benar-benar tidak enak atau justru masakannya cukup enak dinikmati.

Demikian juga dengan saya, saat pertama kali membaca tulisan tersebut muncul rasa penasaran. Benarkah tidak enak masakannya? Ternyata pada saat saya mencobanya ternyata rasa masakan bakso di warung “Bakso Ora Patek Enak” lumayan enak. Kata istri saya, “yah, lumayan dari pada lu manyun” ucapnya sambil tertawa.

Iklan yang dianggap negatif ternyata juga cukup menarik minat orang untuk mengunjunginya karena didorong rasa penasaran. Itulah pelajaran pertama yang dapat kita petik. Pelajaran kedua adalah bahwa tidak selamanya iklan itu benar sesuai aslinya. Jadi kesimpulan saya adalah jangan menilai atau percaya sesuatu sebelum kita tahu secara detailnya.

Friday, October 17, 2008

Sanksi yang Bikin Jera

Kemarin, saat menunggu mobil diservis di sebuah bengkel di Kota Solo, iseng-iseng baca-baca koran yang tergeletak di meja ruang tunggu bengkel. Koran Solo Pos edisi 8 Oktober 2008 itu di bagian halaman Solo Raya kolom Kota Solo, ada yang menarik perhatianku. Judul tulisannya adalah Kencing sembarangan di Tirtonadi diganjar nulis 40 lembar. (Silakan buka korannya bagi yang berlangganan).

Menurut berita tersebut, ada 2 (dua) orang yang sedang menempuh perjalanan dari Klaten ke Jawa Timur, mereka kebelet kencing. Nah, saking kebelet-nya, mereka kencing di dekat ban bus yang diparkir. Aksi mereka tertangkap basah oleh petugas terminal Tirtonadi. Lalu dibawa ke kantor UPTD Terminal Tirtonadi dan diberikan hukuman. Hukumannya adalah menulis kalimat "saya tidak akan mengulangi kencing di sembarang tempat" sebanyak 40 lembar buku ukuran folio.

Dari berita tersebut juga diketahui bahwa dalam 8 (delapan) bulan terakhir ini sudah ada 46 orang yang dikenai sanksi seperti ini. Bahkan ada yang diminta membuat surat pernyataan ber-materai agar mereka jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya yang membuat bau pesing di terminal ini.

Dalam pandangan saya, meski ini terkesan sepele dan bahkan ada yang bilang seperti anak-anak zaman SD jika tidak membuat PR selalu dihukum demikian oleh ibu guru, namun sebenarnya sanksi ini lebih mendidik dan membuat efek jera bagi pelanggar, dari pada didenda dengan sejumlah uang yang bisa-bisa berujung suap atau korupsi. Sanksi sosial ini lebih membuat orang jera.