Thursday, August 25, 2011

Konsumerisme Lebaran

Semua kalangan masyarakat dimanapun merasa perlu menyambut dan merayakan yang namanya Lebaran ini dengan caranya masing-masing. Maka telah menjadikan Lebaran sebagai sebuah momentum meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan-kebutuhan pokok (primer) dan terutama adalah pada kebutuhan non primer (sekunder dan tersier). Anggapan dan penilaian bahwa yang namanya Idul Fitri adalah serba baru telah menggiring masyarakat menjadi bersifat konsumtif disaat Lebaran datang.
Tawaran diskon dan potongan harga serta yang dinamakan cuci gudang benar-benar menyihir masyarakat untuk melakukan peningkatan konsumsi yang luar biasa sewaktu menyambut yang namanya Lebaran ini. Baju-baju didiskon di mall-mall. Sepatu dan sendal ditawarkan potongan harga. Pernak-pernik perhiasan diberikan harga khusus. Bahkan yang namanya handphone keluaran baru juga dibandrol dengan harga murah. Objek-objek wisata menawarkan perlakuan dan harga tiket masuk khusus sewaktu hari Lebaran tiba.

Akan tetapi bagaimana dengan sembako (kebutuhan bahan pangan). Apakah untuk komoditas ini juga ada perlakukan yang menggiurkan masyarakat? Jawabnya adalah tidak. Bahkan harga cenderung naik berlipat-lipat. Kebutuhan yang dicap sebagai kebutuhan primer diwaktu Lebaran menjelang justru dibandrol dengan harga yang melangit. Demikian pula dengan jasa transportasi. Semua butuh dan semua pasti mau beli dengan harga berapapun sebab ini kebutuhan pokok manusia.

Lalu sebenarnya berapa sih perputaran uang yang ada di masyarakat serta tingkat konsumsi sewaktu Lebaran tiba itu? Ada salah satu penelitian menarik yang dilakukan di kawasan Solo Raya oleh sebuah media massa bahwa ternyata perputaran uang menjelang Lebaran (H-5) mencapai 10 kalinya dari perputaran uang biasanya. Artinya ini ada 10 kali peningkatan konsumsi masyarakat dari tingkat konsumsi masyarakat Solo Raya selain Lebaran. Entah bagaimana metodologi riset ini, karena saya hanya kaumbiasa maka saya hanya bisa melihat hasilnya yang cukup fantastis itu. Dan hanya bisa membuat analogi, jika per orang di hari biasa hanya mengkonsumsi sate kambing 1 piring maka di hari Lebaran dia akan mengkonsumsi 10 piring. Begitukah?

Thursday, August 4, 2011

Ramadhan Bulan Keramat

Bulan Ramadhan adalah bulan keramat bagi Umat Islam dan Bangsa Indonesia serta bagi Seluruh Umat Manusia di dunia. Bagaimana tidak, bahwa di Bulan Ramadhan itulah ada sebuah malam yang mana jika kita melakukan ibadah maka nilai pahalanya sama dengan beribadah seribu bulan, itulah Malam Lailatul Qadar. Di bulan Ramadhan pula (17 Ramadhan), kitab suci AL Qur’an diturunkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebagai petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam.

Puasa adalah ibadah wajib di Bulan Ramadhan bagi umat Islam. Dengan berpuasa maka akan mengekang hawa nafsu, dengan mengekang nafsu maka menambah pahala dan mengurangi dosa sebab inilah bulan jihad akbar Umat Islam. Jihad akbar adalah jihad melawan hawa nafsunya. Jihad melawan hawa nafsu lebih utama ketimbang berperang melawan orang kafir. Bulan ini pula bulan pengampunan bagi dosa-dosa manusia (bagi mereka yang serius memohon ampunan-Nya) untuk menuju gerbang Idul Fitri (gerbang kesucian diri). Pahala amalan di bulan ini dilipat gandakan dan dosa-dosa dihapuskan.
Di bulan Ramadhan pula Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, yakni pada 9 Ramadhan 1365 H. Di bulan Ramadhan pula seluruh umat manusia di dunia mendapatkan berkah luar biasa. Mereka-mereka, para pedagang baik Muslim dan non Muslim, yang menjajakan makanan buka puasa maupun pakaian menyambut lebaran (Idul Fitri) selalu laku keras dan meraup keuntungan luar biasa. Itulah keramatnya bulan Ramadhan. Berkah Ramadhan untuk semuanya. Itulah Rahmatan Lil’alamin.

Monday, July 25, 2011

Long Bumbung

Setiap memasuki bulan Ramadhan, waktu kecil saya dulu (saat sekolah SD dan SMP), selalu nyumet long bumbung (meriam dari bambu). Meskipun permainan ini tergolong cukup membahayakan karena menggunakan api, namun permainan ini cukup menyenangkan sambil menunggu waktu buka puasa atau pun untuk memeriahkan malam sehabis tarawih.

Cara membuat Long bumbung cukup mudah. Bahan baku utamanya adalah bambu dengan panjang sekitar 2 meter dan diameter yang cukup besar (sekitaran 15cm). Setelah itu, pada setiap ros-rosan bambu tersebut harus dilubangi, kecuali ros-rosan terakhir dibiarkan saja sebab untuk menempatkan minyak tanah dan hanya diberi sedikit lubang pada bagian atasnya untuk menyalakan meriam tersebut. Jika semua sudah selesai dipersiapkan maka long bumbung sudah siap dinyalakan.

Dulu saya dan teman-teman menyalakan long bumbung dengan cara berjajar di tepian sungai. yang tak jauh dari aliran Umbul Cokro, Klaten. Dan selalu dibagi 2 (dua) kelompok yang posisinya saling berseberangan, sehingga seperti perang meriam beneran sebab dulu saya dan teman-teman tidak hanya perang suara aja, tetapi di bagian moncong depan long bumbung selalu diberi kaleng bekas susu yang akan terlempar ketika long bumbung dinyalakan. Selain itu mengapa di tepian sungai adalah jika sewaktu-waktu terjadi ledakan balik mengenai badan langsung bisa terjun masuk sungai. 

Sekarang hal itu sudah sangat jarang bahkan langka dan hampir tidak ada lagi anak-anak yang memainkannya. Anak-anak jaman saiki lebih suka melihat tv di rumah daripada bermain dengan teman-temannya, selain itu juga minyak tanah semakin mahal dan langka. Meskipun mengundang bahaya, namun permainan long bumbung ini sebenarnya membuat suasana akrab antar teman.

Friday, July 22, 2011

Sejarah Blok Cepu

Blok Cepu termasuk dalam cekungan laut Jawa Timur. Daerah ini termasuk salah satu penghasil migas tertua di dunia dengan dimulainya produksi pada tahun 1887 antara lain ladang Kuti dan Kruka di selatan Surabaya. Lebih dari 30 ladang minyak diketemukan sebelum tahun 1920. Produksi kumulatif sampai sekarang telah melebihi 220 juta barrels. Di daerah Cepu sendiri 3 ladang yang ditemukan menjelang tahun 1900, sedangkan ladang Kawengan diketemukan pada tahun 1927, dan telah menghasilkan lebih dari 120 juta barrels.

Sebelum Perang Dunia ke II daerah ini dikuasai Shell. Explorasi dilakukan terutama dengan menggunakan pemetaan geologi permukaan, sumur-uji dan pemboran dangkal yang diikuti dengan pemboran explorasi dalam. Tanpa menyadari BPM nyaris menemukan ladang Bany Prip waktu melakukan kampanye pemboran dangkal yang menghasilkan lapangan gas Balun-Tobo yang berada di atas ladang Banyu Urip dan Cendana. Salah satu pemborannya mencapai kedalaman lebih dari 2000 m.
Pada tahun 1950, Shell kembali ke daerah Cepu dengan nama PT Shell Indonesia. Beberapa sumur explorasi dalam dibor (Kawengan-35, Tobo-8 dll). Tanpa disadari Shell kembali nyaris menemukan ladang Banyu Urip, sewaktu melakukan pemboran sumur Tobo-8. Selanjutnya PT Shell Indonesia angkat kaki dari daerah Cepu sekitar tahun 1960 dan daerah ini diambil alih PN Permigan

Pada tahun 1965 blok Cepu diambil alih oleh Lemigas dan digunakan untuk tujuan pendidikan dan sebagai daerah latihan untuk personel teknik perminyakan. Selanjutnya pada tahun 1973-1974 survey-survey seismic dilakuan. Tidak ada catatan apakah hasilnya ditindak lanjuti dengan pemboran sumur explorasi.

Pertamina Unit III mengambil alih Blok Cepu pada tahun 1980. Menyusul suatu dekrit pemerintah yang membolehkan perusahaan nasional untuk berpartisipasi dalam explorasi minyak dan gasbumi, maka PT Humpuss Patragas mengajukan permohonan pengelolaan Blok Cepu. Permohonan awalnya adalah untuk enhanced oil recovery dari lapangan2 tua Kawengan, Ledok, Nglobo and Semanggi dan kemungkinan explorasi di daerah sekitarnya. Suatu perjanjianTAC ditanda-tangani pada tanggal 23 januari 1990, dengan catatan bahwa semua lapangan minyak yang masih berproduksi dikeluarkan (carved-out) dari daerah kontrak, dengan demikian PT Humpuss Patragas yang baru terbentuk harus melaksanakan explorasi untuk bisa memproduksi migas.
Setelah melampaui (overrun) komitmen financialnya PT Humpuss Patragas memutuskan untuk mem-“farm-out”kan 49% dari “interest”nya pada perusahan international pada tahun 1995 dengan catatan bahwa Humpuss Patragas tetap bertindak sebagai operator.

Suatu “shortlist” dari 6 perusahan telah pilih dari lebih dari 100 pihak yang berminat untuk meninjau (to view) ruang data dengan Terumbu Kujung sebagai primadona. Walaupun semua ke 6 perusahaan itu sangat berminat, hanya perusahaan Ampolex dari Australia yang berhasil mencapai kesepakatan dengan komitmen USD 100 juta dan karena bersedia untuk membiarkan Patragas tetap bertindak sebagai operator, dengan catatan bahwa Ampolex akan menempatkan seorang Vice President Exploration dan Chief Geologist di dalam organisasi Humpuss Patragas. Setelah disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang Ampolex menandatangani suatu persetujuan “farm-in”dg H.Patragas pada Mei 1996.

Karena Ampolex, yang sekarang telah diakuisisi oleh Mobil Oil, sangat bersemangat untuk melakukan pemboran. Pemboran explorasi Banyu Urip 01 dimulai pada bulan agustus 1998, di tengah-tengah kemelut politik dengan jatuhnya Presiden Suharto. Operasi pemboran telah dikuasai sepenuhnya oleh para insinyur pemboran dari Mobil Oil. Tidak ada para ahli geologi atau ahli teknik Patragas yang diperkenankan masuk ke lokasi pemboran atau melihat data hasil pemboran. Pemboran dihentikan begitu masuk dan setelah pengintian runtunan klastik yang langsung berada di atas terumbu Kujung dilakukan.. Selanjutnya muncul berita bahwa Mobil Oil (Exxon) sedang dalam proses dalam pengambilalihan sisa 51% interest dari Humpuss Patragas serta menjadi operator.

Setelah berhasil mengakuisisi saham Humpuss Patragas, Exxon – Mobil Oil berusaha memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Cepu. Pada era Presiden Megawati Exxon – MobilOil mengajukan pembaharuan kontrak. Baru pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kontrak Exxon – MobilOil untuk blok cepu disetujui selama 25 tahun.
disarikan dari berbagai sumber

Monday, July 18, 2011

Tak Bangga Berbahasa Indonesia

Entah mulai kapan, yang jelas akhir-akhir ini dalam pengamatan saya bahwa orang-orang di negeri ini mulai sedikit banyak tidak bangga dengan bahasanya sendiri yakni Bahasa Indonesia. Entah apa sebabnya, apakah dirasa kurang keren dan kurang gaul atau karena apa saya tidak begitu paham.

Yang pasti, banyak penggunaan dan pemilihan kata-kata yang cenderung mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan berganti dengan bahasa Inggris. Apakah ini dampak globalisasi? Ataukah sebagai sebuah upaya go international? Sekali lagi saya tidak tahu.

Ambil contoh sederhana yang sering kita jumpai di jalanan saja, yakni perubahan tulisan pada atribut Satpam (Satuan Pengamanan) menjadi Security atau sering saya melihat rompi polisi yang tulisannya Police. Itu yang sederhana yang banyak dilihat disana-sini. Lha yang lain masih banyaklah.

Semboyan kota-kota di Indonesia juga mulai demikian. Ambil contoh Solo dengan The Spirit of Java atau Jogja dengan Never Ending Asia. Padahal keduanya mengklaim sebagai kota budaya. Bukankah seharusnya nguri-uri kabudayan termasuk dalam pemilihan slogannya juga. Para politisi kita selalu saja menggunakan istilah-istilah asing semisal bailout atau pun reshuffle. Kemudian muncul istilah e-governance dan lain sebagainya. Merek dagang pun demikian juga.

Ini semua merupakan kegelisahan saya melihat fenomena demikian. Kenapa kita tidak bangga dengan bahasa Indonesia. Banyak bangsa di dunia ini yang mulai bangkit nasionalismenya namun justru bangsa ini mulai menuai ilusi-ilusi nasionalisme. Maka jangan marah jika budaya bangsa ini diklaim orang lain. Jangan protes jika bahasa Indoensia akan dipatenkan oleh negara lain, karena kita sendiri memang tidak bangga menggunakannya.