Setiap memasuki bulan Ramadhan, waktu kecil saya dulu (saat sekolah SD dan SMP), selalu nyumet long bumbung (meriam dari bambu). Meskipun permainan ini tergolong cukup membahayakan karena menggunakan api, namun permainan ini cukup menyenangkan sambil menunggu waktu buka puasa atau pun untuk memeriahkan malam sehabis tarawih.
Cara membuat Long bumbung cukup mudah. Bahan baku utamanya adalah bambu dengan panjang sekitar 2 meter dan diameter yang cukup besar (sekitaran 15cm). Setelah itu, pada setiap ros-rosan bambu tersebut harus dilubangi, kecuali ros-rosan terakhir dibiarkan saja sebab untuk menempatkan minyak tanah dan hanya diberi sedikit lubang pada bagian atasnya untuk menyalakan meriam tersebut. Jika semua sudah selesai dipersiapkan maka long bumbung sudah siap dinyalakan.
Dulu saya dan teman-teman menyalakan long bumbung dengan cara berjajar di tepian sungai. yang tak jauh dari aliran Umbul Cokro, Klaten. Dan selalu dibagi 2 (dua) kelompok yang posisinya saling berseberangan, sehingga seperti perang meriam beneran sebab dulu saya dan teman-teman tidak hanya perang suara aja, tetapi di bagian moncong depan long bumbung selalu diberi kaleng bekas susu yang akan terlempar ketika long bumbung dinyalakan. Selain itu mengapa di tepian sungai adalah jika sewaktu-waktu terjadi ledakan balik mengenai badan langsung bisa terjun masuk sungai.
Sekarang hal itu sudah sangat jarang bahkan langka dan hampir tidak ada lagi anak-anak yang memainkannya. Anak-anak jaman saiki lebih suka melihat tv di rumah daripada bermain dengan teman-temannya, selain itu juga minyak tanah semakin mahal dan langka. Meskipun mengundang bahaya, namun permainan long bumbung ini sebenarnya membuat suasana akrab antar teman.