Entah mulai kapan, yang jelas akhir-akhir ini dalam pengamatan saya bahwa orang-orang di negeri ini mulai sedikit banyak tidak bangga dengan bahasanya sendiri yakni Bahasa Indonesia. Entah apa sebabnya, apakah dirasa kurang keren dan kurang gaul atau karena apa saya tidak begitu paham.
Yang pasti, banyak penggunaan dan pemilihan kata-kata yang cenderung mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan berganti dengan bahasa Inggris. Apakah ini dampak globalisasi? Ataukah sebagai sebuah upaya go international? Sekali lagi saya tidak tahu.
Ambil contoh sederhana yang sering kita jumpai di jalanan saja, yakni perubahan tulisan pada atribut Satpam (Satuan Pengamanan) menjadi Security atau sering saya melihat rompi polisi yang tulisannya Police. Itu yang sederhana yang banyak dilihat disana-sini. Lha yang lain masih banyaklah.
Semboyan kota-kota di Indonesia juga mulai demikian. Ambil contoh Solo dengan The Spirit of Java atau Jogja dengan Never Ending Asia. Padahal keduanya mengklaim sebagai kota budaya. Bukankah seharusnya nguri-uri kabudayan termasuk dalam pemilihan slogannya juga. Para politisi kita selalu saja menggunakan istilah-istilah asing semisal bailout atau pun reshuffle. Kemudian muncul istilah e-governance dan lain sebagainya. Merek dagang pun demikian juga.
Ini semua merupakan kegelisahan saya melihat fenomena demikian. Kenapa kita tidak bangga dengan bahasa Indonesia. Banyak bangsa di dunia ini yang mulai bangkit nasionalismenya namun justru bangsa ini mulai menuai ilusi-ilusi nasionalisme. Maka jangan marah jika budaya bangsa ini diklaim orang lain. Jangan protes jika bahasa Indoensia akan dipatenkan oleh negara lain, karena kita sendiri memang tidak bangga menggunakannya.