Dalam beberapa catatan sejarah asal muasal nama Sorong disebutkan dari kata Soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang dalam dan bergelombang.
Kata Soren
digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman
dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga
tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang
memberi nama "Daratan Maladum" (sekarang termasuk bagian dari wilayah
Kota Sorong) dengan sebutan “Soren” yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa, Misionaris clad Eropa, Maluku dan Sangihe Talaut dengan sebutan Sorong (dari situs Pemerintah Kota Sorong).
Ada catatan lain yang menyebutkan, nama Sorong diambil dari nama sebuah perusahan Belanda
yang pada saat itu diberikan otoritas atau wewenang untuk mengelola dan
mengeksploitasi minyak di wilayah Sorong yaitu Seismic Ondersub Oil Niew Guines atau disingkat SORONG pemerintah tradisonal di wilayah Kabupaten Sorong awal mulanya dibentuk oleh Sultan Tidore guna perluasan wilayah kesultanan dengan diangkat 4 (empat) orang Raja yang disebut Kalano Muraha atau Raja Ampat. Keempat raja itu diangkat sesuai dengan 4 pulau besar yang tersebar dari gugusan pulau-pulau dengan wilayah kekuasaan adalah (1) Raja Fan Gering di Pulau Waigeo; (2) Raja Fan Malaba di Pulau Selawati; (3) Raja Mastarai di Pulau Waigama; (4) Raja Fan Malanso di Pulau Lilinta Misool (situs Pemerintah Kabupaten Sorong).
Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan
pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun dalam perkembangannya telah
mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996
tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya
berdasarkan Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong
ditingkatkan statusnya menjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong. Di kota Sorong pula terdapat pelabuhan yang cukup besar yang menjadi pintu masuk ke wilayah Papua Barat dan Papua.
Pemandangan laut dan langit Sorong di sore menjelang senja sangat bagus. Pantai dan hamparan tanah terbuka (belum banyak bangunan) di daerah ini sangat menarik untuk menikmati matahari tenggelam.
Pada saat penerbangan pagi hari dari Makassar menuju Sorong kita akan menikmati matahari terbit yang sangat indah. Subhanallah... Sungguh Maha Indah Gusti ALLAH SWT Sang Pencipta Alam Raya ini.
Dua kali berkunjung ke bumi Papua Barat khususnya Sorong membuat saya sangat bersyukur dan mengagumi ciptaan ALLAH SWT. Di bumi ini pula kita merasakan bahwa Indonesia ini memang berbhineka.
Foto diambil dengan iPhone 5 S