Saturday, January 19, 2019

Kampung Adat Prai Ijing, Sumba Barat

Prai Ijing adalah salah satu dari sekian banyak perkampungan adat yang terdapat di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Kampung Adat Prai Ijing ini terletak di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Berada di pusat pemerintahan kabupaten Sumba Barat, kampung ini tetap terjaga kelestariannya dan keasliannya.

Oleh pemerintah desa setempat, untuk mengunjungi kampung adat ini dikenakan retribusi sebesar Rp. 20.000 (dua puluh ribu rupiah). Hal ini diatur dalam Peraturan Desa Tebara. Ini merupakan salah satu kewenangan desa. Sementara pembinaan lembaga adat adalah kewenangan desa berdasarkan hak asal usul


Untuk mencapai lokasi kampung ini, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil. Pada saat kita mencapai gerbang, akan ada pos retribusi dan ada lahan yang disediakan untuk parkir kendaraan. Naik ke kampungnya harus berjalan kaki, dengan tanjakan yang cukup lumayan curam.

Di kampung ini dulunya ada 42 rumah. Namun pada tahun 2000, mengalami kebakaran sehingga yang masih ada dan dapat diselematkan kembali tersisalah 38 rumah adat. Rumah-rumah di sini yang menarik dan mencolok adalah barisa rumah adat dengan atap menara yang menjulan tinggi. Walaupun tak semua atap dilengkapi dengan menara. Rumah yang dilengkapi atap menara disebut dengan Uma Mbatangu, sedangkan yang tidak dilengkapi menara disebut dengan Uma Bokulu atau rumah besar, atapnya tidak seperti menara. Uma Mbatangu tinggi atapnya bisa mencapai 30 meter. Kedua jenis rumah ini adalah rumah panggung terbuat dari kayu malela, kayu mata api dan kayu nangka dengan atap dari alang-alang.


Rumah adat terbagi 3 (tiga) bagian. Bagian bawah untuk memelihara ternak, bagian tengah untuk manusia beraktivitas dan bagian atas untuk menyimpan makanan. Bagian atas ini juga diyakini sebagai tempat roh. Di bagian atas ini masyrakat meyakini bahwa Marapu menyaksikan meraka dari menara tersebut.


Masyarakat Sumba umumnya termasuk di Sumba Barat ini menganut agama Marapu. Marapu adalah agama asli yang meyakini pada pemujaan arwah-arwah leluhur. Dalam Bahasa Sumba, arwah leluhur disebut dengan Marapu yang maknanya dipertuan atau dimuliakan.




catatan: Foto dan Video adalah koleksi pribadi



Wednesday, January 9, 2019

Salah Kaprah Penyebutan Gallon Air Minum Dalam Kemasan

Pasti kita tidak asing dengan kalimat ini, "Mas, pesan aqua gallon satu ya... anterin ke rumah ya..".
Kalimat ini tidak asing bagi kita dan sangat sering kita dengar dalam pergaulan sehari-hari kita.

Dalam keseharian kita selama ini selalu menyebut kata Gallon untuk merujuk pada ukuran tertentu bagi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Padahal penyebutan ini adalah salah kaprah. Kok bisa? Mengapa kok salah kaprah?

Gallon itu adalah satuan ukuran. Sama halnya dengan barrel, feet, oz, mile, pounds, yard, Fahrenheit. Satuan ukuran-ukuran tersebut sangat lumrah (biasa) digunakan di Inggris dan Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, satuan yang biasa digunakan adalah satuan ukuran liter, meter, kilogram, kilometer atau pun celcius.

Konversi ukuran 1 Gallon (USA) adalah 3,78541 Liter dan 1 Gallon (UK) itu sama dengan 4,54 Liter. Lalu apakah 1 gallon AMDK yang kita selalu sebut-sebut itu 4 Liter? Jawabanya, Tidak.
Lalu, sebenarnya berapa volume AMDK yang kita sebut "gallon" tersebut? Jawabanya adalah 19 Liter atau sekitar 5 Gallon (USA) atau 4 Gallon (UK).

Namun karena sudah menjadi kaprah, maka kesalahan penyebutan tersebut menjadi kesalahan yang lumrah dan seolah menjadi satuan ukuran volume baru di Indonesia, khususnya untuk menyebut ukuran AMDK yang banyak dijual di Indonesia. Entah dari mana dan siapa yang memulai maka kata "gallon" ini menjadi kaprah dan akrab di telinga kita dalam keseharian.



Tuesday, December 18, 2018

Dana Traha: Komplek Pemakaman Kesultanan Bima

Komplek pemakaman Dana Traha adalah salah satu kawasan pemakaman raja-raja Kesultanan Bima dan keturunannya. Lokasinya berada di puncak bukit yang menghadap ke Teluk Bima. Letaknya tepatnya di Kampung Dara, Keluarahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Komplek pemakaman kesultanan Bima yang lain antara lain adalah di Komplek Tolobali; komplek Sebelah barat Masjid Agung Sultan Muhammad Salahudin; Komplek Bata di Pane.

Dana Traha secara harfiah bermakna tempat istirahat. Di sinilah kompleks peristirahatan keluarga Kesultanan Bima. Meskipun ini kompleks pemakaman namun jauh dari kesan angker. Dari tempat ini dapat melihat pemandangan Kota Bima dan Teluk Bima dari ketinggian. Dan di masa lalu, pada sekitar abad X Masehi, tempat ini juga difungsikan sebagai tempat bermusyawarah para pemimpin Bima dalam melahirkan kerajaan Bima.

Sultan Abdul Kahir, adalah salah yang dimakamkan di sini. Sultan Abdul Kahir adalah Sultan Bima I dan merupakan pembawa agama Islam masuk ke tanah Bima. Beliau wafat pada 1640 Masehi. Dalam catatan sejarah yang berhasil didapatkan dari berbagai sumber, Sang Sultan ini pernah bersengketa dengan pamannya dan akhirnya meninggalkan istana. Kemudian beliau menikahi seorang puteri Makassar, bernama Karaeng Kasuruang yang melahirkan Sultan Abdul Kahir Sirajudin. Sultan Abdul Kahir Sirajudin juga dimakamkan di tempat ini.

Di komplek Daha Traha ini ada sebuha makan yang tertutup tembok tebal seperti terowongan pendek. Ini adalah makam Perdana Menteri Abdul Samad Ompu Lamani yang wafat pada 1701 M. Pada saat ditanyakan kepada penjaga, mengapa dibentuk sedemikian rupa, penjaga tidak mengetahui secara pasti mengapa makam Perdana Menteri ini dibuat seperti itu.


Di Daha Traha ini tidak nampak makam Sultan Muhammad Salahudin, Sultan Bima terakhir sebelum Kesultanan Bima bergabung dengan Indonesia. Sultan Muhammad Salahudin adalah Sultan Bima yang paling terkenal ini juga salah satu tokoh yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Maklumatnya yang terkenal dengan Maklumat 22 November 1945. Beliau meninggal pada usia 64 tahun pada 11 Juni 1951 (Kamis, 7 Syawal 1370 Hijriah). Dan dimakamkan di Jakarta.

Sultan Bima yang dimakamkan di sini adalah Sultan Abdul Kahir II yang wafat pada 2001 lalu. Makam paling ujung dan paling baru dengan ditutup sangkar kayu berukir. Sultan Abdul Kahir II adalah generasi ke empat abad penerus Kesultanan Bima setelah generasi pertama Kesultanan Bima ini didirikan.

Dari berbagai Sumber
Foto adalah Koleksi Pribadi

Friday, November 16, 2018

Tugu Khatulistiwa: Garis Nol Bumi

Tugu Khatulistiwa adalah titik nol bumi. Terletak di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Kota Pontianak. Sekitar 3 Km dari pusat Kota Pontianak. Tidak jauh dari Jembatan Sungai Kapuas, berada di sebelah kiri jalan.

Dalam catatan yang terdapat di dalam gedung monumen, yang disebutkan bahwa berdasarkan pada catatan dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef van den Topographischen dienst in Nederlandsch-Indie: Den 31 sten Maart 1928, bahwa telah ada suatu ekspedisi internasional yang dipimpin oleh ahli geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik garis equator di Kota Pontianak. 

Tonggak tersebut dibuat dengan konstruksi sebagai berikut:
  • Tugu pertama dibangun pada 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah
  • Pada tahun 1930 disempurnakan berbentuk tonggak dengan lingkaran dan anak panah
  • Pada tahu 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh arsitek Silaban. Dan tugu asli tersebut dapat dilihat sekarang ini di bagian dalam monumen. Tugu dibuat dari 4 buah tonggak kayu bulian (kayu besi) dengan diameter 0,3 meter, dengan ketinggian 3,05 meter, dan tonggak di bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,4 meter.
  • Pada tahun 1990, direnovasi dengan pembuatan kubah (monumen) untuk melindungi tugu asli serta ada pembuatan duplikat dengan ukuran 5 kali dari besar tugu yang asli. Diresmikan pada 21 September 1991.
Tugu dibuat dari 4 buah tonggak kayu bulian (kayu besi) dengan diameter 0,3 meter, tinggi 3,05 meter. Terdapat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,4 meter. Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR (dalam bahasa Belanda bermakna Equator) sepanjang 2,11 meter. Panah penunjuk arah panjangnya 2,15 meter.

Pada bulan Maret 2005, tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan uji dengan metode terestrial dan ekstraterestrial dengan menggunakan GPS dan stake-out. Hasilnya, mengoreksi titik nol khatulistiwa. Posisi tugu saat ini berada di 0 derajat 0 menit 3,809 detik lintang utara. Sementara 0 derajat 0 menit 0 detik berada di 117 meter dari tugu yang sekarang ke arah Sungai Kapuas. Posisi tersebut saat ini ditandai dengan tonggak pipa.







disarikan dari berbagai sumber.
foto adalah koleksi pribadi, diambil pada 12 November 2018

Sunday, September 30, 2018

Pasar Kota Bojonegoro

Pasar Kota Bojonegoro adalah salah satu pasar tradisional yang ada di Bojonegoro. Pasar kota Bojonegoro terletak di pusat kota, di dekat alun-alun. Tepatnya di Jalan Trunojoyo, Ledok Kulon, Kadipaten, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro.

Seperti halnya pasar tradisional lain, di sini banyak pedagang yang menggelar dagangan beraneka jenis dagangan. Berikut ini video blusukan ke pasar kota Bojonegoro.


catatan: Video adalah koleksi pribadi